Jangan Beri Peluang Konsumen “Ngloram” Mengeluh

oleh -652 Dilihat
oleh
Foto || Istimewa

Oleh : Daryanto

” HARAPAN semua pihak, peristiwa bersejarah di Bandara Ngloram, tidak cepat pudar dan tinggal kenangan. Sekejap aktif namun dalam waktu yang tidak lama bandara yang diharapkan akan memacu perekonomian di Blora itu, mati suri. Untuk menjawab keraguan itu, resep yang cespleng adalah bagaimana Pemkab Blora secepatnya menciptakan sistem yang membuat pelanggan atau konsumen bandara tidak berkesempatan atau berpeluang untuk mengeluh. ”

HIRUK pikuk suksesnya penerbangan perdana pesawat ATR 72 milik Maskapai Citilink di Bandara Ngloram, Cepu, Blora, hendaknya segera dilupakan. Berpikir dan bertindak ke depan dalam rangka kelanggengan Bandara yang konon terakhir beroperasi sekitar tahun 1970-an itu, menjadi kata kunci.

Karena sejujurnya bayang-bayang soal Bandara Kertajati Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dan Bandara Jenderal Besar (JB) Soedirman, Wirasaba, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, sulit untuk dhapu.

Jika memang sedikit mengenang detik-detik penerbangan perdana dari Halim ke Ngloram  boleh. Wayahe mBlora engkek, memang. Hanya hendaknya jangan terpaku dengan itu semua.

Sejarah telah tercipta di Blora. Jumat pagi (26/11/2021) itu, sekitar pukul 09.00 WIB, cuaca cerah mewarnai Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, mengiringi take off pesawat ATR 72 Citilink dan akan landing di Ngloram.

Pesawat yang mampu mengangkut sekitar 70 penumpang tersebut melaju tanpa hambatan di runway dan lepas landas secara sempurna. Ini memang menjadi tonggak sejarah, beroperasinya penerbangan komersial dengan rute Jakarta-Blora dan Blora-Jakarta.

Para penumpang menjadi saksi hidup peristiwa bersejarah tersebut. Diantaranya, Bupati Blora H. Arief Rohman, S.I.P, M.Si, Anggota DPR RI Edy Wuryanto, Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub RI, Nur Isnin Istiyartono, Direktur Operasi Citilink, dan para penumpang lainnya.

“Untuk seluruh masyarakat Blora yang saya cintai, Alhamdulillah mimpi kita puluhan tahun ingin agar ada penerbangan dari Jakarta ke Cepu bisa terlaksana. Ini adalah penerbangan perdana dari Halim ke Cepu,’’ ungkap  Bupati Arief.

Baca Juga :  Command Center VS Mental Adhang-Adhang Tetese Embun

Dan pesawat ATR-72 milik Citilink akhirnya mulus mendarat di Bandara Ngloram sekitar pukul 12.05 WIB.

Berpikir ke depan, Bupati Arief mengakui masih mempunyai pekerjaan rumah yang harus segera dikerjakan, mulai dari  memperpanjang landasan dan juga fasilitas-fasilitas lainnya di Bandara Ngloram. Orang nomor satu di Blora itu berharap Sesditjen bisa sinergi dengan Pemkab Blora. Demikian juga  Pemprov Jawa Tengah untuk terus meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di bandara,

Terjangkau

Soal harga tiket, banyak pihak menilai sangat terjangkau. Yakni  hanya di kisaran Rp 600.000. Dari Cepu ke Halim Perdanakusuma pukul 11.45 – 13.20 harga tiket mulai Rp 613.600 (dari Cepu), sedangkan dari Bandara Halim dipatok mulai Rp 653.600.

Harapan semua pihak, peristiwa bersejarah di Bandara Ngloram, tidak cepat pudar dan tinggal kenangan. Sekejap aktif namun dalam waktu yang tidak lama bandara yang diharapkan akan memacu perekonomian di Blora itu, mati suri.

Untuk menjawab keraguan itu, resep yang cespleng adalah bagaimana Pemkab Blora secepatnya menciptakan sistem yang membuat pelanggan atau konsumen bandara tidak berkesempatan atau berpeluang untuk mengeluh.

Perlunya meninjau ulang jadwal penerbangannya. Jika direncanakan jadwal penerbangan dilakukan seminggu dua kali, yakni Senin dan Jumat, pertanyaannya, baik Citilink maupun Pemkab Blora akan menggarap Halim atau Ngloram ?

Mutlak untuk menyesuaikan jadwal perilaku calon pelanggan. Satu contoh, hari apa mereka akan beraktifitas di Jakarta dan hari apa pula mereka akan beraktifitas di Cepu  (Blora). Ini akan menjadi faktor penting untuk menentukan kelangsungan penerbangan Jakarta – Ngloram PP.

Juga menjadi keniscayaan,  Pemkab Blora harus menyediakan angkutan terintegrasi Blora Kota – Bandara dan Randublatung – Bandara. Karena tanpa menggarap angkutan terintegrasi itu, tentu akan muncul banyak peluang para pelanggan Bandara mengeluh. Puncaknya mereka akan enggan lagi menggunakan angkutan udara dari Ngloram.

Baca Juga :  Tegas, Bupati Minta “Iuran” Terhadap Penerima BLT DD di Desa Keser Dikembalikan

Penyediaan angkutan yang terintegrasi itu sebenarnya bisa diatasi dengan cara sederhana. Yakni dengan menyiapkan BUMD yang akan mendampingi Angkasa Pura (selaku operator Bandara Ngloram). Selanjutnya melakukan koordinasi  dan membahas bisnis apa yang bisa dilakukan BUMD Blora dalam rangka menjamin kelangsungan penerbangan di Ngloram. Jangan sebatas ikut jual tiket.

Dengan memperhatikan faktor jadwal penerbangan, angkutan terintegrasi, upaya untuk menggandeng calon pelanggan dari Kabupaten tetangga memanfaatkan keberadaan Bandara Ngloram sangatlah mudah.

Jika tidak ada lagi potensi keluhan pelanggan, secara otomatis pula  dari Bojonegoro, Tuban, Rembang, Ngawi, hingga Grobogan akan terpikat untuk memanfaatkan Bandara Ngloram sebagai sarana menjalankan aktifitas mereka.

Sekali lagi, semua inginkan  Bandara Ngloram sukses. Fasilitas yang ada boleh dibilang mumpuni, mulai dari  landasan 1600 Meter yang sudah mantap, dan  Jika memang rencana Ngloram bisa didarati pesawat Airbus, perpanjangan landasan menjadi 2.250 Meter, juga tidak akan menemui persoalan. *)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.