BANYAK pihak yang dengan lantang menyuarakan bahwa di Pilkada Blora 2020 yakinlah PDI Perjuangan tidak ingin cetak rekor hattrick Kekalahan lagi. Hanya persoalannya sekarang, jika salah mengusung pasangan tentu keyakinan itu akan berbaik kepesimisan.
Terkait dengan itu, banyak pihak atau lebih spesifik lagi publik Blora hingga saat ini masih harap-harap cemas siapa kelak yang direkom PDIP untuk berlaga.
Alasan pihak-pihak di Blora yang yakin PDIP tidak ingin kalah lagi cukup mendasar, diantaranya banyak pemilih tradisional yang loyal berbasis PDI Perjuangan. Selama ini evaluasi tentu sudah dilakukan dari kubu PDIP, apakah kekalahan di Pilkada selama ini karena calon yang diusung PDIP selalu mengalami kekalahan. Apakah karena faktor tokoh yang kurang diterima masyarakat atau mungkin kinerja mesin partai yang kurang maksimal?
Meski hal ini bisa diabaikan, fakta yang ada saat ini sedikitnya ada 17 nama calon Bupati maupun calon wakil yang melamar di PDIP dan tahapannya sudah sampai fit and propertest di DPD PDIP Tengah.
Ketua DPC PDIP Blora sendiri, HM Dasum ketika dikonfirmasi menjawab singkat tapi padat, bahwa hingga saat ini belum ada kejelasan siapa yang bakal mendapat rekomendasi dari DPP untuk bertarung. ”Durung, isih podho fit and proper test (belum, masih sama ikut fit and proper test -Red),” beber Dasum ketika ditanya siapa kira-kira yang akan mendapat rekomendasi dari PDIP.
Sebagaimana diketahui, di Pilkada Blora 2015, PDIP Cetak Rekor Hattrick Kekalahan. Pasangan yang diusung PDIP yakni Abu Nafi – Dasum (ADA) kembali mengalami kekalahan dari pasangan Djoko Nugroho-Arief Rohman yang diusung oleh Nasdem, PKB, Hanura, PPP dan PKS.
Hasil C1 di 1.680 TPS dari 1.681 TPS yang ada (99,94 persen) suara yang masuk pasangan ADA hanya mampu memperoleh suara sebanyak 41,88 persen atau 206.523 suara. Sedangkan pasangan Djoko-Arief unggul dengan memperoleh suara 51,06 persen atau 251.801 suara.
Sementara itu pasangan ketiga yang diusung Golkar dan Demokrat HM Kusnanto dan Sutrisno hanya bisa meraih suara sebanyak 7,06 persen atau 34.815 suara. Dengan kekalahan itu, merupakan kekalahan ketiga kalinya sejak Pilkada 2005.
Berikut hasil lengkap rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Blora Tahun 2015, masing-masing untuk pasangan H. Abu Nafi, SH – HM. Dasum, SE, MMA memperoleh 207.582 (41,92 persen) suara, pasangan H. Djoko Nugroho – H. Arief Rohman, M.Si memperoleh 253.394 (51,17 persen) suara, dan pasangan HM. Kusnanto, SH – Sutrisno, S.IP., M.Mar. memperoleh 34.205 (6,91 persen) suara.
Jumlah suara sah sebanyak 495.181 suara dan angka partisipasi pemilih sebanyak 71,61 persen. Di Pilkada Blora 2005, PDIP yang mengusung HM Hartomy Wibowo berpasangan dengan H Bambang Susilo mengalami kekalahan dari pasangan Basuki Widodo-Yudhi Sancoyo yang diusung Golkar.
Di Pilkada 2010, calon yang diusung PDIP, yakni Warsit-Lusiana gagal meraih kemenangan menyusul dikalahkan pasangan Djoko Nugroho-Abu Nafi (Kolbu). Sementara di Pilkada 2015, untuk ketiga kalinya PDIP yang mengusung Abu Nafi-Dasum ditumbangkan oleh Djoko Nugroho yang berpasangan dengan Arief Rohman.
Berbagi Spekulasi
Berangkat dari keyakinan bahwa PDIP tidak ingin kalah lagi dalam Pilkada Blora 20020, beberapa diskusi kecil dengan sejumlah insan media, LSM dan beberapa pemerhati politik di Blora masih bingung atau sulit untuk meraba siapa kelak yang akan direkom PDI-P. ”PDIP kebanyakan calon yang daftar sehingga sulit untuk menebak siapa yang akan dijagokan,” beber Joko, sosok politikus yang tak asing lagi di Blora. Hingga puncaknya lantas muncul beberapa spekulasi. ”
Riza Yudha, salah satu pelamar calon Bupati melalui PDIP memang sempat mengusik pembicaraan banyak pihak yang belakangan ini. Disamping tidak ketinggalan sosok yang pernah menjadi nahkoda pemerintahan di Blora, yakni Pj Bupati Blora, Ihwan Sudrajat.
Riza yang asisten Staf Khusus Presiden RI itu merupakan putra daerah Blora, juga kader partai besutan Megawati Soekarnoputri. Sehingga kans besar untuk mendapat rekomendasi tentu besar bagi jebolan Pascasarjana Fisipol Universitas Gadjah Mada yang kelahiran Blora 21 September 1979 tersebut. Sementara itu Ichwan Sudrajat juga kader PDIP.
Hanya lagi-lagi sebutan dua nama itu tentu berdasar begitu sulitnya menebak siapa yang bakal direkomendasi PDIP di Pilkada Blora yang hari H-nya akan dilaksanakan 23 September 2020 mendatang itu. Semuanya masih saja terjadi, termasuk munculnya beberapa sosok yang saat ini melamar melalui PDIP, dan jangan lupa bisa saja muncul “keanehan” rekomendasi PDIP.
Misalnya, bagaimana jika ternyata rekomendasi tersebut nantinya muncul nama Arief Rochman sebagai calon Bupati dan akan berpasangan dengan salah satu kader PDIP ? ”Semuanya bisa saja terjadi, judulnya berarti PDIP akan berkoalisi dengan PKB sehingga muncul nama Arief Rohman yang saat ini menjabat Wakil Bupati Blora,” ungkap Roy, salah satu insan media di Blora.
Dari pengamatan jika saja hal itu terjadi, bukan tidak mungkin nanti akan muncul “poros lain” yang berkemungkinan akan mengusung sosok dari lingkaran “pendapa” atau sosok yang selama ini dianggap potensial. “Poros lain” tersebut dimaksud gabungan dari beberapa partai di Blora.
Jika ada yang berpendapat bakal muncul “poros lain” itu beralasan, menyusul ada informasi bahwa dari lingkaran “pendapa” juga akan memunculkan calon. Bisa jadi istri Bupati, Hj. Umi Kulsum, atau Judhan putra sulung Bupati H, DJoko Nugroho.
Seorang politikus Blora yang tinggal di Jepon dan pernah menjadi Timses Pilkada 2015, membeberkan bagaimanapun power Bupati Blora, Djoko Nugroho sangat diperhitungkan di Pilkada Blora 2020. Alasannya, tipikalnya yang fighter sejati didukung finansial dan jaringan yang mumpuni.
Jika prediksi ini menjadi kenyataan, sudah dapat dikatakan nantinya akan ada dua pasang calon di Pilkada Blora, yakni pasangan yang akan diusung PDI-P dan pasangan yang akan diusung Nasdem berkoalisi dengan sejumlah partai lainnya yang mempunyai kursi di DPRD.
Satu lagi catatan, H. Abunafi juga tidak bisa dianggap enteng. Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari PPP ini saat ngobrol sama Suara Merdeka, tetap menyatakan kebulatan tekadnya untuk maju. ”Soal kendaraan tidak masalah, semuanya terus berjalan,” bebernya.
Dengan demikian selain “poros lain” tidak menutup kemungkinan akan muncul “poros tengah” yang akan mengusung sosok Abunafi berpasangan dengan sosok yang representasi dari parpol lain. Ada nama Siswanto yang ketua DPD Golkar Blora, H. Abdulah Aminudin, Gunawan S. Parji dan sejumlah sosok lain yang selama ini terpantau juga ingin “bertarung” di pilkada Blora 2020.
Perjalanan politik di Blora terus dinamis, segala perubahan besar, sejumlah “keanehan” masih saja bisa terjadi. Justru yang ditunggu-tunggu saat ini adalah siapakah pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang akan diusung PDIP.
Sumber: SM Network