Warga Diminta Waspadai DB dan Leptospirosis

oleh -501 Dilihat
oleh

BLORA, topdetiknews.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora menghimbau kepada warga untuk mewaspadai DBD dan sejumlah penyakit di musim penghujan, seperti saat ini. Di antaranya DBD, Leptospirosis, diare. ”Untuk penyakit Leptospirosis penyakit yang ditularkan oleh kencing tikus,” tandas Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Blora, Lilik Hernanto, SKM Mkes

Menurutnya, leptospirosis atau kencing tikus termasuk penyakit menular yang rentan menjangkit khususnya korban banjir. Penyakit ini disebut kencing tikus karena ditularkan melalui hewan dan yang paling umum tikus.

Untuk serangan DBD di Blora, menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Blora, Sutik, di tahun 2019 terdapat 331 kasus. Dimana tujuh orang diantaranya meninggal dunia. Sementara di awal tahun 2020 ini sudah ada 11 kasus. ”Untuk awal Januari 2020 ada 11 kasus,” jelasnya.

Dari pantauan, untuk mengantisipasi mewabahnya serangan DBD, pihak Dinkes Blora telah melakukan fogging di sejumlah wilayah di Blora. Meski demikian Sutik mengingatkan warga untuk tetap rajin melakukan Pembasmian Sarang Nyamuk (PSN), karena fogging hanya akan membunuh nyamuk dewasa.

Air Kencing

Baca Juga :  Tinggal Dua Kecamatan di Blora Yang Masih Zona Hijau

Lebih lanjut dijelaskan Lilik Hernanto, hewan tikus membawa bakteri penyebab penyakit kencing tikus melalui kotoran dan air kencingnya. Penyakit kencing tikus ini dapat menular dari hewan ke manusia ketika seseorang memiliki luka pada kulit lalu bersentuhan dengan air atau tanah yang terkontaminasi kencing tikus.

Untuk itu dia menyarankan, warga memakai alas kaki dan pelindung lainnya, apalagi di Blora hewan tikus tergolong merajalela. Tikus tersebut bisa buang kotoran atau kencing dan bercampur dengan air seperti di kubangan, selokan atau air akibat banjir. ”Kasus leptospirosis di Blora pernah ada sekitar dua atau tiga tahun lalu tapi tidak banyak. Kalau di wilayah lain terutama yang rawan banjir kasus leptospirosis sudah banyak terjadi,” beber Lilik.

Dijelaskan, pada umumnya seseorang yang terkena leptospirosis, akan mulai mengalami gejalanya setelah dua hingga empat minggu terkena paparan. Penyakit ini biasa terjadi tiba-tiba dengan demam dan gejala lainnya.

Adapun dua fase terjadinya leptospirosis atau kencing tikus, yaitu setelah fase pertama (dengan demam, kedinginan, sakit kepala, nyeri otot, muntah, atau diare) pasien dapat pulih untuk sementara waktu tetapi akan sakit kembali. Jika fase kedua terjadi, itu lebih parah. Orang tersebut mungkin mengalami gagal ginjal atau hati atau meningitis.

Baca Juga :  Sembako Untuk Warga Terdampak Covid-19

Selain Leptospirosis, lanjut Lilik, warga masyarakat juga diminta waspada terhadap penyakit seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Khusus untuk antisipasi demam berdarah, warga masyarakat diminta untuk meningkatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara kontinyu dan rajin menjaga kebersihan. (Antok/C.22/TND Network)

Tinggalkan Balasan