” ALHAMDULILLAH atas penilaian UNICEF tentang penanganan ATS di Blora yang dinilai bagus. Kami juga sudah paparan di Bappeda Provinsi,” jelas Kepala Bappeda Blora, A. Mahbub Djunaidi, Jumat (13/9/24). ”
BLORA, topdetiknews.com – Saat melakukan pendampingan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) di Bappeda Blora, Agustus 2024 lalu, United Nations Children’s Fund (UNICEF) menilai percepatan penurunan Anak Tidak Sekolah (ATS) di Blora bagus. |
Untuk itu, UNICEF minta Bappeda Blora untuk paparan ke Bappeda Provinsi Jawa Tengah. ”Alhamdulilah atas penilaian UNICEF tentang penanganan ATS di Blora yang dinilai bagus. Kami juga sudah paparan di Bappeda Provinsi,” jelas Kepala Bappeda Blora, A. Mahbub Djunaidi saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (13/9/24).
Diterangkan, perwakilan dari UNICEF yang melakukan pendampingan di Blora tersebut, masing-masing Dr. Jasman Indradno, M.Si, Bahrul Ulum, S.E., M.Si dan Yuanita Marini Nagel.
Diketahui, Pemkab Blora melalui Disdik setempat berhasil kembalikan 4.000 Anak Tidak Sekolah (ATS) ke sekolah formal. Sementara itu, sekitar 1.000 ATS lainnya juga telah berhasil dikembalikan ke sekolah non formal ( program kesetaraan paket B dan paket C).
Menurut Sekretaris Disdik Blora, Nuril Huda, jumlah ATS di Blora sempat di angka 6.480. Dari angka itu, dengan berbagai upaya yang dilakukan Disdik, ATS berhasil dikembalikan ke jalur pendidikan formal jumlahnya sekitar 4.000, dan 1.000 lagi dikembalikan ke jalur pendidikan non formal, seperti kejar paket B dan paket C.
” Sisanya, sekitar 1.400 lebih ATS yang rata-rata berdomisili di luar kota masih terus kita upayakan untuk kembali bersekolah baik formal maupun non formal/kesetaraan. Atau mungkin bisa dengan alternatif sekolah jarak jauh,” papar Nuril.
Alasan Ekonomi
Menurutnya, berdasarkan survei yang dilakukan, ada beberapa penyebab ATS di Blora. Diantaranya alasan ekonomi, akses mereka dengan sekolah cukup jauh, dan ini ditemui bagi warga yang tinggal di pinggir hutan.
Selain itu, lanjutnya, sebagian dari mereka bekerja untuk membantu orang tuanya. Termasuk ada juga yang malas berpikir, dan disebabkan pengaruh lingkungan. ”Ada juga yang dikarenakan lantaran masih ada sebagian orang tua yang belum peduli pada pendidikan anak,” jelas Nuril Huda.
Terpisah, Kepala Disdik Blora, Sunaryo menambahkan, selama ini penanganan ATS di Blora sudah cukup baik dibandingkan kabupaten tetangga. Untuk itu tidak mengherankan jika sekitar bulan Mei 2024, ada beberapa kabupaten belajar penanganan ATS ke Blora. Diantaranya Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati dan Magelang.
Menurut Sunaryo, dari data yang disampaikan, ternyata angka ATS di Kabupaten Grobogan mencapai 7.500, sementara itu Pati jumlahnya ada sekitar 22.000 ATS.
Disebutkan, saat ini hingga kedepan, Disdik akan terus mengambil langkah untuk meminimalisir jumlah ATS, dan Blora memang mencanangkan zero ATS.
Saat ini Blora sudah mempunya aplikasi Sistem Informasi Layanan Anak Tidak Sekolah (SILAT). Dengan cara itu akan memudahkan untuk mencari data, by name by address, sehingga akan memudahkan pemerintah hingga mengintervensi.
” Ke depan kami akan melibatkan stakeholder terkait, utamanya Dinas PMD untuk memberdayakan desa karena merekalah pihak yang paling tahu kondisi warganya. Termasuk, untuk menekan angka ATS di Blora, program yang akan terus kita lakukan adalah gerakan “Ayo Kembali ke Sekolah,” pungkas Sunaryo. ***
Reporter : Muji
Editor : Daryanto