Realitasnya ada ketimpangan, gaji guru tidak berbanding lurus dengan peran strategis mereka. Dari berbagai sumber informasi kita bisa membandingkan bahwa gaji guru di Indonesia termasuk kategori paling rendah di dunia.
Tidak Layak
Data yang saya peroleh dari banyak sekolah di kabupaten Blora menunjukkan pada setiap sekolah terdapat rata-rata 50% guru honorer dari total jumlah guru yang mengajar. Dengan tugas dan beban kerja yang sama juga tidak ringan mereka memperoleh honor yang tidak layak serta mengusik rasa kemanusiaan kita.
Pernyataan singkat yang sering muncul tentang gaji guru honorer adalah “ora cucuk” ditambah kelakar “Entek dienggo tuku wedak”. Ya … kenyataannya demikian
Pada kesempatan rapat bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah saya meminta agar pemerintah daerah tidak abai, tutup mata dan menggunakan hati nurani terhadap kesejahteraan guru honorer. Prioritaskan anggaran bagi kesejahteraan mereka, jika perlu rasionalisasi dan pangkas anggaran yang tidak mendesak. Saya yakin bisa, kembali kepada niat baik pengambil kebijakan.
Jika melihat kondisi sekolah yang ada keberadaan guru honorer mutlak dibutuhkan demi berjalannya proses kegiatan belajar mengajar.
Malu rasanya jika selalu menuntut mereka agar bekerja secara baik dan profesional, tanpa dibarengi apresiasi, perhatian dan upaya peningkatan bagi kesejahteraannya.
Guru adalah pejuang. Guru adalah penerang. Tugas mulia mereka layak mendapat bintang. Mereka yang sudah menjadi ujung tombak, jangan kita paksa juga menjadi ujung tombok dalam pendidikan. *)