Tegas dan Terukur Sikapi Kualitas Proyek Yang “Asal-Asalan”

oleh -1324 Dilihat
oleh
Foto || dok

” TERKAIT pengawasan kualitas semua proyek di Blora harus segera dilakukan. Saat ini sudah akhir November, sementara akhir anggaran di bulan Desember, apakah evaluasi dari masing-masing OPD yang mempunyai pekerjaan fisik sudah dilakukan ? ”

TENGAH menjadi buah bibir adanya sebuah pekerjaan proyek pengecoran jalan di Blora yang diduga tidak mengindahkan “kaidah”. Yang sempat viral adalah pengecoran jalan “diselipi” dengan grosok – hingga akhirnya ada tindakan tegas  dari otoritas OPD yang mempunyai pekerjaan jalan itu. Yakni, dilakukan pembongkaran.

Sebenarnya jangan terfokus dengan salah satu pekerjaan yang saat ini “mencuat” di permukaan. Melainkan, terkait pengawasan kualitas semua proyek di Blora harus segera dilakukan. Saat ini sudah akhir November, sementara akhir anggaran di bulan Desember, apakah evaluasi dari masing-masing OPD yang mempunyai pekerjaan fisik sudah dilakukan ?

Baik evaluasi kualitas pekerjaan, progres pekerjaan. Dengan waktu yang terbatas ini, tidak ada kata terlambat untuk segera action. Mencegah dan melakukan tindakan dini akan lebih baik, daripada kelak harus repot untuk menanggulanginya. Seperti kualitas proyek jelek, keterlambatan waktu dan seabrek persoalan lainnya.

Baca Juga :  Polres Blora Intensifkan Cek Kesehatan Tahanan

Tegas dan terukur yang hendaknya diambil oleh otoritas OPD yang mempunyai pekerjaan fisik. Jangan menunggu viral baru dilakukan tindakan. Kasihan pemimpin di Blora jika harus menyikapi sendiri terhadap beberapa hal yang sifatnya teknis di lapangan.

Untuk menegakkan etika dan disiplin sebuah kegiatan, hendaknya budaya ewuh pakewuh (sungkan : bahasa Jawa) harus dihilangkan. Meski dalam kultur kita, ewuh pakewuh masih susah dihilangkan. Sehingga ketika muncul kecurigaan adanya kongkalikong atau patut dicurigai tidak beres, mestinya harus segera mengambil jalur  tidak mendiamkannya. Ambil tindakan  tegas dan terukur.

Semua manusia tak bisa luput dari salah sehingga perlu dikoreksi, diluruskan, dan diarahkan dengan baik. Sekalipun orang tersebut memiliki bargaining dengan kita, hendaknya sikap ewuh pakewuh harus ditinggalkan.

Baca Juga :  Warga Blora Menanti Realiasi “Janji” Dalan Alus

Sangatlah tidak patut melepas peluang berbuat baik dan melakukan perbaikan karena pakewuh pada manusia. Pakewuh bukan berarti selalu refleksi kesantunan, apalagi bawa-bawa rasa ketimuran dan esensi moral yang dari nilai rasa yang tidak tepat, atau fakta yang salah. *)

Editor : Daryanto

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.