Duta Petani Milenial, Jatu dan Ngatno siap membantu memasarkan produk-produk yang dihasilkan dari para petani dan para pelaku UMKM ke pasar ekspor luar negeri.
KENDAL – Pertanian adalah sektor prioritas dengan jumlah pintu pasar terbesar dan terbanyak di dunia. Apalagi saat ini, dunia internasional semakin membutuhkan pangan sebagai asupan pokok yang harus tersedia setiap hari.
Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia mewujudkan Petani Milenial, dengan menugaskan pendamping sektor pertanian, yang telah mendedikasikan dirinya untuk kemajuan dan peningkatan produksi pertanian, dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen di dalam negeri dan berorientasi ekspor. Hal inilah yang menjadi dasar dibentuknya Duta Petani Milenial.
Jatu (28) adalah salah satu Duta Petani Milenial, ditemui saat sedang mendampingi Kementan bersama rombongan yang dipimpin Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki, saat melakukan kunjungan kerja di Dusun Tanjung, Desa Wonosari, Kecamatan Pegandon, Kendal, Sabtu (25/1).
Dirinya mengaku senang dan bangga menjadi Duta Petani Milenial, apalagi dibidang ekspor. Karena itu dirinya siap membantu memasarkan produk-produk yang dihasilkan dari para petani dan para pelaku UMKM ke pasar ekspor luar negeri.
Saat ditanya apa tugas utamanya, Jatu menjawab, duta petani milenial harus bisa mengabarkan semangat dan kerja keras kepada para petani di seluruh Indonesia. Potensi dan kwalitas hasil pertanian di Kabupaten Kendal harus terus dibangun dan ditingkatkan, serta terorganisasi secara kelembagaan.
Jatu berharap, bahwa Duta Petani Milenial ini bisa direfleksikan di tanah air. “Duta milenial pembangunan pertanian´ harus bisa mengabarkan semangat dan kerja keras kepada para petani di seluruh Indonesia,” jelas Jatu, yang lulusan UGM Perlindungan Tanaman kepada suaramerdeka.com.
Senada diungkapkan oleh, Ngatno, Penggerak Petani Muda Jawa Tengah, petani milenial diharapkan mampu merefleksikan semangat kebangkitan dan kejayaan Indonesia sebagai negara agraris, sebagai jalan dan upaya Kementerian Pertanian menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Petani milenial yang ada saat ini bisa mengaplikasi inovasi teknologi yang ada sekarang untuk meningkatkan produksi dan produkrivitas usaha taninya. “Petani Milenial juga dituntut untuk bisa mengaplikasi inovasi budidaya pertanian yang berorientasi pada penngkatan hasil,” ujar pria yang juga menjabat Pengurus Komite Tetap Kadin Kendal bidang Pertanian.
“Saya contohkan, petani milenial harus bisa mengaplikasi inovasi budidaya jagung, sehingga produktivitasnya mencapai 12 ton/hektare. Atau bisa pula tanam kedelai unggul yang produktivitasnya 5 ton/hektar, juga untuk buah-buahan dan tanaman lain;” imbuhnya.
Lebih jauh Ngatno mengatakan, membangun pertanian memang penting saat ini. Terlebih di era revolusi industri yang ke-empat ini atau biasa disebut juga Industri 4.0. Revolusi industri ini ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan internet.
“Sektor pertanian juga perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk menjawab tantangan ke depan. Pasalnya, pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi. Ini juga yang jadi gagasan Bapak Presiden Jokowi,” pungkas Ngatno. (SM Network)