Seyogyanya Berihram dan ambil Miqat di Bandara King abdul Aziz  (Jeddah) – (3)

oleh -1304 Dilihat
oleh
Foto || Istimewa
  • Taktis Berhaji di Gelombang II

” KALAU boleh menyarankan, berhaji di gelombang II, sebaiknya berihram di King Abdul Aziz. Pertimbangannya, sulitnya menjaga najis selama perjalanan dari Adi Sumarmo Solo ke King Abdul Aziz (Jeddah), dimana perjalanan  udara itu diperkirakan memakan waktu selama 11 jam. “

SAAT perjalanan dari Blora ke Donohudan – di Donohudan – di pesawat menuju tanah suci,  para calon jamaah haji teruslah  bertalbiah…

Labbaik Allahumma Labbaik.

Labaika Laa Syarika Laka Labbaik.

Innal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulk.

Laa Syarika Lak.

“Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu.”

“Tidak ada sekutu bagi-Mu.”

“Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga kerajaan adalah Milik-Mu.”

“Tiada sekutu bagi-Mu.”

Para calon haji saat berada di Donohudan, tampaknya ujian untuk bersabar sudah dijalani. Fasilitas tempat tidur, kamar mandi terbatas, dan disinilah ujian sabat sudah dimulai.

Saat di Makkah, Arafah, Mina, fasilitas MCK sudah tentu sangat terbatas. Semua serba antri, dan ujian sabar yang sebenarnya sangat berat. Namun itu harus dijalani dengan penuh ikhlas.

Berhaji di gelombang II, dari beberapa pengalaman, selalu saja ada pertentangan soal sebaiknya berihram (mengenakan baju ihram) dari Solo selama berada di pesawat menuju Jeddah, atau berihram dan mengambil miqot di Bandara King Abdul Aziz (Jeddah).

Kalau boleh menyarankan, sebaiknya berihram di King Abdul Aziz. Pertimbangannya, sulitnya menjaga najis selama perjalanan dari Adi Sumarmo Solo ke King Abdul Aziz (Jeddah), dimana perjalanan  udara itu diperkirakan memakan waktu selama 11 jam.

Fasilitas kamar mandi di pesawat dengan ruangan yang begitu sempit, bisakah kita menjaga baju ihram yang kita kenakan dari najis. Belum lagi AC pesawat yang begitu dingin.

Baca Juga :  Jelang Hari Raya, Mengalir Rezeki Sejumlah Anak Yatim di Dluwangan (Kauman)

Sebagai bahan telaah, miqat artinya tempat atau waktu untuk memulai ihram. Ada dua jenis miqat yaitu miqat Zamani dan miqat makani. Miqat zamani adalah waktu-waktu untuk ihram yang dikenal dengan bulan-bulan haji  yaitu bulan Syawal sampai 10 Dzulhijjah

Berikut adalah miqat Makani, yakni  tempat untuk memulai ihram. Tempat yang disebutkan oleh Nabi dalam hadits shahih  adalah  Dzulhulaifah untuk penduduk dan yang datang ke Madinah, Juhfah untuk penduduk dan mereka yang datang ke Syam (Syria), Qarnul manazil untuk penduduk dan mereka yang datang ke Nejed, dan Yalamlam untuk penduduk dan yang datang ke Yaman. Orang Mekkah dari Mekkah.

Untuk Jamaah haji Indonesia gelombang pertama yang datang ke Madinah terlebih dahulu, maka miqatnya adalah Dzulhulaifah atau Bir Ali. Sementara itu bagi Jamaah Haji yang berangkat dari Jeddah langsung ke Mekkah (gelombang II) untuk miqatnya ada dua pilihan.

Pertama, di atas pesawat ketika melalui area miqat sebelum mendarat. Ketika awak pesawat mengumumkan bahwa kini pesawat melalui area miqat Yalamlam, maka saat itulah jamaah haji yang telah berpakaian ihram  mengucapkan niat “Labaika Allahumma ‘Umrotan” (jamaah haji Indonesia  berhaji tamattu), lalu bertalbiah.

Kedua, di bandara King Abdul Aziz Jeddah. Lokasi bandara yang lebih dari dua marhalah dari Mekkah, memenuhi syarat sebagai tempat miqat. Dasar penetapan berdasarkan hadwa (garis sejajar)antara Juhfah dengan Yalamlam. Hal ini ditarik sebagaimana yang ditetapkan Umar Ibnu Khattab yang menetapkan Dzatu Irqin sebagai miqat, hadwa dari Qarn Manazil dengan Dzulhulaifah.

Fatwa MUI tanggal 29 Maret 1980 dan 19 September 1981 membenarkan jamaah haji Indonesia yang dari Jeddah ke Mekkah (Gelombang Kedua) mengambil miqat di Bandara King Abdul Aziz. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Imam Ibnu Hajar Al haitamy.

Baca Juga :  Sejumlah Nakes Positif Covid-19, Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kedungtuban Dialihkan

Baik di pesawat maupun di Bandara kedua-duanya adalah hasil ijtihad. Karenanya tak boleh saling menyalahkan satu dengan yang lain. Jalankan sesuai keyakinan.  Ulama sepakat bahwa “Al ijtihaadu laa yunqaadu bil ijtihaadi” (Hasil ijtihad seseorang atau kelompok tidak bisa digugurkan dengan hasil ijtihad lainnya).

Jelasnya, waktu untuk mandi, wudhu, memakai ihram shalat dua rakaat selama di King Abdul Aziz sangat cukup. Fasilitas yang ada juga cukup memadai. Untuk itu kenapa tidak kita berihram di King Abdul Azis

Selama di pesawat, ikuti petunjuk saat Manasik. Tetap tenang, berserah diri di atas pesawat dimana para calon haji  berada di Pesawat Kurang Lebih 11 Jam. perbanyak  Doa,  Dzikir Sholat Wajib ikuti pembimbing. Terpenting,  pahami dan patuhi peraturan penerbangan. Termasuk pahami terbatasnya toilet.  (Bersambung)

Editor : Daryanto

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.