Oleh : Ki Joko Daryanto
” KEBERANIAN Ki Sasmito melakonkan wayang milenial, diawali dengan keinginan Sengkuni yang ingin jadi raja di Amarta. Dia bersaing dengan Puntadewa, dimana selama ini telah berbuat banyak untuk kemajuan Amarta. Sengkuni memang tidak memiliki kekuatan fisik yang luar biasa seperti para kesatria lainnya. Namun, ia memiliki senjata yang jauh lebih mematikan, yakni lidahnya dan otaknya. Dengan kata-katanya yang manis namun penuh racun, ia mampu memanipulasi orang-orang di sekitarnya. ”
DI TANGAN Ki Sasmito, tiba-tiba Sengkuni diperankan bak Dewa Yamadipati. Hanya, bukan sebagai Penguasa Kematian atau Hakim Jiwa, melainkan sebagai sosok Pemalak Cuan Bermetode Canggih.
Ini benar-benar sebuah keberanian untuk menyampaikan pesan moral. Bukan sosok Sengkuninya, melainkan sosok Yamadipati sebagai simbol penting dalam mengajarkan tentang pentingnya perbuatan baik dalam kehidupan.
Adalah Bagong, sosok punakawan yang getol ngonceki kelakuan Sengkuni, yang oleh Ki Sasmito diperankan Bak Yamadipati. Tidak sebagai penguasa kematian, melainkan hanyalah sebagai sosok Pemalak Cuan Bermetode Canggih.
Sebetulnya, sebagai seorang ayah, Semar sudah sering kali memperingatkan agar jangan terlalu mblejeti kelakukan Sengkuni. Apalagi disandingkan dengan Yamadipati.
Karena sejatinya Yamadipati adalah dewa yang mempunyai nama Yamakingkarapati, yang berarti makhluk penjaga neraka itu. Kapan saja bisa mencabut nyawa wayang..
” Mbok ya wis Gong, jangan terlalu ekstrim kamu ngoncekinya Sengkuni. Karena tidak pas lah, mosok Sengkuni bak Yamadipati. Karena sesungguhnya Yamadipati adalah sebagai penguasa kematian. Sementara Sengkuni hanyalah sosok penebar fitnah dan munafik,” Semar mengingatkan.
”Bodo amat,” jawab Bagong.
”Salahkan dalangnya Ki Sasmito. Mosok Sengkuni disamakan dengan Yamadipati, Itu namanya ngawur,” lanjut Bagong.
Keberanian Ki Sasmito melakonkan wayang milenial, diawali dengan keinginan Sengkuni yang ingin jadi raja di Amarta. Dia bersaing dengan Puntadewa, dimana selama ini telah berbuat banyak untuk kemajuan Amarta.
Sengkuni memang tidak memiliki kekuatan fisik yang luar biasa seperti para kesatria lainnya. Namun, ia memiliki senjata yang jauh lebih mematikan, yakni lidahnya dan otaknya. Dengan kata-katanya yang manis namun penuh racun, ia mampu memanipulasi orang-orang di sekitarnya.
Untuk menarik simpati wayang supaya simpati dengannya, sosok yang nama kecilnya Arya Suman itu, menyerang, memfitnah Puntadewa dengan berbagai cara. Seolah-olah, sosok yang mempunyai nama lain Trigantalpati itu, seorang sosok yang benar-benar clean, paling bersih di jagad pewayangan.
Kelakuan Sengkuni yang begitu culas itu, dilawan mati-matian oleh Bagong. Dan bukan Ki Sasmito kalau tidak pandai mengeksplor sosok Bagong yang mempunyai nama lain Bawor. Dengan gaya slengekannya, Bagong justru ngonceki habis-habisan masa lalu Sengkuni.
Dan Bagong pun begitu gencar mensosialisasikan kepada seluruh warga wayang Amarta, tentang culasnya Sengkuni yang ingin menjadi Raja di Amarta. Berbagai cara dia tempuh, melalui selebaran, termasuk di medsos.
Pemalak Cuan
Dengan narasi yang begitu bagus, dilengkapi dengan testimoni berbagai tokoh wayang, Bagong menggambarkan bahwa, sebenarnya Sengkuni tidak lain hanyalah Sang Pemalak Cuan Bermetode Canggih.
Disampaikan, Sengkuni yang pernah menjadi pejabat yang berwenang memeriksa seluruh kegiatan pemerintahan, begitu “rakus” mengumpulkan cuan. Yang agak menggregetkan, modus untuk mengkosek cuan itu, seolah-olah cuan-cuan yang berhasil dihimpun dari sejumlah pejabat wayang bukan untuk dirinya sendiri.
Modusnya, demikian narasi Bagong dalam mensosialisasikan tentang culasnya Sengkuni, cuan-cuan itu oleh Sengkuni diminta ditransfer ke sebuah rekening, yang konon untuk operasional dan membangun sebuah yayasan yang bergerak di bidang kerohanian.
” Lha bodohnya Pejabat Wayang Gong, kok nurut saja. Mau mentransfer uang ke sebuah rekening, sesuai permintaan Sengkuni,” Semar mengoreksi redaksional wara-wara di selebaran yang dibikin Bagong.
” Dia khan wayang yang menjabat sebagai pemeriksa kegiatan para Pejabat Wayang itu, Mar !”
” Modusnya ? ”
Bagongpun mulai menjelaskan tentang modus yang ditanyakan Semar. Dikatakan, karena posisinya sebagai Pejabat Wayang Pemeriksa, Sengkuni selalu mencari celah temuan penggunaan anggaran masing-masing Wayang Pejabat yang tidak sesuai peruntukannya.
Dari temuan anggaran yang tidak sesuai peruntukannya itu, oleh anak buah Sengkuni dikondisikan temuan itu bisa ditawar. Dicontohkan, dari temuan senilai Rp 100 juta misalnya, oleh wayang-wayang anak buah Sengkuni dilakukan negosiasi.
Hingga akhirnya disepakati, dari temuan Rp 100 juta itu, yang harus dikembalikan ke kas keuangan kerajaan sejumlah Rp 30 juta. Syaratnya, Wayang Pejabat itu diminta untuk mentransfer sejumlah uang ke sebuah rekening yang konon dalihnya untuk membantu operasional sebuah Yayasan yang bergerak di bidang kerohanian.
” Kok Canggih ya Gong,” Semar mulai menyadari kenapa Bagong begitu getol ngonceki Sengkuni.
” Boleh ditanyakan kepada sejumlah Wayang Pejabat. Apakah yang saya katakan ini fitnah atau nyata.”
Tidak hanya itu, Bagong semakin berapi-api berkisah kepada Semar. Korban kecanggihan Sengkuni salam mengumpulkan pundi-pundi cuan itu tidak hanya Wayang Pejabat. Melainkan sejumlah wayang yang berprofesi sebagai pemborong.
Dikatakan, tidak sedikit wayang pemborong yang menjadi korbannya. Modusnya sama seperti yang dialami oleh sejumlah Wayang Pejabat.
Yakni, seorang wayang pemborong yang tengah mengerjakan proyek, saat dilakukan pemeriksaan oleh anak buah Sengkuni, muncul sejumlah klaim uang dengan alasan pekerjaan Wayang Pemborong itu tidak sesuai spek.
Dari klaim proyek itu, kemudian dilakukan nego. Dan hasil negosiasi itu, ujung-ujungnya, Wayang Pemborong itu, oleh Sengkuni diminta untuk menyetor uang ke sebuah rekening yang konon katanya untuk membantu operasional sebuah yayasan yang bergerak di bidang kerohanian.
Di akhir pementasan, Ki Sasmito medhar tentang dampak jelek sifat munafik yang dilakukan oleh Sengkuni. Cukup panjanga lebar medhar sabdonya.
Dikatakan, kemunafikan adalah penyakit hati yang berbahaya dan merusak. Sifat yang dimiliki oleh orang munafik menyebabkan kerusakan dalam tatanan sosial dan harmoni masyarakat.
Hal itu disebabkan, baik tindakan dan niat yang tidak jujur. Dan yang lebih membahayakan, munafik dapat menimbulkan fitnah, perpecahan, dan ketidakpercayaan.
” Orang munafik merupakan ancaman serius yang tersembunyi di dalam masyarakat. Mereka menunjukkan iman dan kebaikan di hadapan orang lain, tetapi sebenarnya menyembunyikan kekufuran dan niat jahat di dalam hati mereka,” pesan Ki Sasmito. ( Dari berbagai sumber )