” SAAT dikunjungi Bupati Arief itu, H, Syakirun akui memang mempunyai darah Cepu. Banyak muridnya yang berasal dari Blora, diantaranya dari Kunduran, Jepon dan lain-lain. ”
BLORA, topdetiknews.com – Orang nomor satu di Blora ini tak pernah melewatkan berbagai kesempatan manakala berkegiatan. Seperti yang dilakukan baru- baru ini, pulang dari belajar sejumlah ilmu di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Bupati Blora, H. Arief Rohman sempatkan silaturahmi ke Master Dagelan Indonesia, Haji Muhammad Syakirun (Kirun).
‘’Alhamdulillah saged silaturahmi dengan Abah Kirun, gurunya seniman muda Blora (para pemain ketoprak, dagelan). Beliau ini juga mempunyai darah keturunan Cepu,’’ ungkapnya dalam unggahan di akun instagramnya Ariefrohman838.
‘’Sehat selalu abah Kirun, banyak seniman tradisional Indonesia yang lahir dari tangan ulet beliau di padepokan Seni Kirun Madiun . Sosok seniman senior yang menginspirasi, pengikut setia Gus Dur.’’
Saat dikunjungi Bupati Arief itu, H, Syakirun akui memang mempunyai darah Cepu. Banyak muridnya yang berasal dari Blora, diantaranya dari Kunduran, Jepon dan lain-lain.
Akankan di hari Jadi Desember tahun 2023 ini Haji Muhammad Syakirun atau yang beken dengan panggilan Kirun itu akan menghibur warga Blora di saat malam resepsi ? Jelasnya tahun 2022 di momen hari jadi Kirun manggung di Blora.
Di laman Cak Durasim disebutkan, hampir semua masyarakat Jawa Timur pasti tahu Cak Kirun. Ingat Kirun pasti ingat pula jok-jok segar yang dilontarkan hingga mengocok perut orang yang menontonnya.
Kirun adalah tipikal sosok seniman sejati. Sejak kecil Kirun sangat tertarik dengan seni tradisi, khususnya ludruk dan ketoprak.
Ketika menempuh kelas 2 SD (1977), dia memutuskan tidak melanjutkan sekolah dan bergabung dengan ludruk tobongan “Garuda Sakti” milik Sunari yang kala itu bermain di Sidodadi, Caruban.
Setelah pemilu 1982 Kirun pulang ke Jawa dan mendirikan grup ludruk “Gaya Muda” di Bojonegoro pada usia 22 tahun. Tahun 1983 Kirun pulang kembali ke kabupaten Madiun dan memindahkan markas grup ludruk “Gaya Muda” ke tempat asalnya. Grup ludruk “Gaya Muda” hanya setahun bertahan, 1984 Kirun mendirikan lagi grup ludruk “Mayangsari”.
Ketika masih berjaya dengan grup ludruk “Mayangsari” Kirun beserta crewnya sempat mengisi acara sandiwara radio dengan tajuk “Pangkur Jenggleng” di RRI Madiun.
Hampir dua tahun acara itu bertahan di Radio milik pemerintah yang berada di karesidenan Madiun. 1986 Kirun mendirikan sanggar seni yang bertahan cukup lama bernama “Kirun Cs.”.
Ketika bertahan dengan sanggar ini Kirun sempat berkibar menghiasi dunia perlawakan Indonesia melalui saluran televisi pemerintah dan swasta nasional. Acara-acara hasil kreasi Haji Muhammad Syakirun yang ngetop pada waktu itu diantaranya: Siaran Ketoprak “Kahuripan” dan Lawak “Depot Jamu Kirun” di TVRI Surabaya, lawak “Al Kirun Lampu Petromak” dan ludruk “Hoki” di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), serta “Kirun Cs.” dengan Ludruk “Bintang Timur” di Indosiar.
Banyolan-banyolan yang dilontarkan oleh Kirun dan teman-temannya sempat menjadi trending di televisi nasional pada waktu itu.
Berubah Nama
Seiring perkembangan zaman, nama sanggar seni “Kirun Cs.” resmi didaftarkan ke kantor notaris pada 1999 dengan nomor C – 1409. HT.03.01-TH 1999 dan nama sanggar seni “Kirun Cs.” berubah menjadi “Padepokan Seni Kirun” (PadSKI) sampai dengan sekarang.
PadSKI adalah wadah kreativitas bagi seniman dan seniwati lokal (kawasan wilayah Madiun Raya) untuk memperluas dan mengembangkan seni budaya khususnya Jawa. Namun tidak menutup kemungkinan bila ada seniman dari luar wilayah tersebut untuk bergabung.
PadSKI merupakan tempat menimba ilmu tentang seni budaya Jawa bagi siapa saja yang mau bergabung. Mulai Ketoprak, Ludruk, Campursari, Lawak, Pedalangan, Karawitan dll semua ada di padepokan itu. Banyak seniman sukses hasil didikan dari PadSKI, sebut saja seperti Precil, Yudo, Kanthi, Yadek, Sandirono, Sentot, Tarti dll.
Selama proses berkesenian yang penuh kerja keras dan susah payah tersebut, Kirun tidak pernah menuntut balasan atas apa yang dikerjakannya, tidak ada pula yang memaksanya.
Kirun menggandeng seniman-seniman lain atas dasar kecintaannya pada seni tradisi dan keikhlasannya untuk berbakti pada nusa bangsa. Banyak murid-murid Kirun yang sukses di pertelevisian Indonesia. Banyak pula yang mengabdikan diri untuk seni ketoprak, ludruk dan campursari di Madiun Raya.
Rumahnya selalu terbuka 24 jam bagi siapa saja yang ingin mempelajari seni tradisi lebih dalam. Menurutnya, budaya Indonesia tidak perlu dilestarikan, melainkan harus dicintai. Dengan mencintai budaya, secara otomatis budaya itu akan lestari dan terus berkembang.
Mencintai budaya tidak hanya di bibir saja, tetapi harus ada wujud nyata sebagaimana yang dilakukannya yakni mengabdikan seluruh hidupnya untuk kesenian.
Kalaupun tak bisa setidaknya masih merasa handarbeni kesenian warisan nenek moyang mereka minimal mau melihat, mengapresiasi dan mencintai syukur-syukur nanggap kesenian tersebut sebagai sarana hiburan kala hajatan atau acara lain sebagai bentuk ungkapan kecintaan dan keberlangsungan kesenian tersebut. ***