- Taktis Berhaji di Gelombang II
” SARAN untuk mengambil nafar Awal bukan tanpa alasan. Di Pondokan Mina, dimana para jamaah haji tinggal di tenda-tenda tahan api, kondisinya serba antri. Sama seperti di Arafah, kapasitas kamar mandi sangat terbatas. Sementara, bekal, utamanya ganti pakaian yang dibawa juga terbatas. “
SETELAH melaksanakan Wukuf di Arafah, tanggal 8 Juli 2022, para jamaah haji seluruh dunia, termasuk dari Indonesia, juga 288 jamaah haji asal Blora, akan bergerak ke Muzdalifah untuk mabit. Kendaraan sudah disediakan oleh panitia haji Pemerintah Arab saudi.
Pada momen ini, jamaah umumnya akan mengambil batu kerikil untuk melakukan lempar jumrah di Mina. Informasi terbaru, konon jamaah haji Indonesia tidak perlu repot mencari batu di Muzdalifah untuk melempar jumrah. Ini karena batu untuk melempar jumrah telah disediakan pengelola maktab.
Batu tersebut telah disiapkan Muasasah Arab Saudi, setelah dikumpulkan oleh Kementerian Perhajian Arab.
Batu tersebut berjumlah sekira 100 butir, namun bila digenggam tidaklah terlalu berat. Batu kerikil ini nantinya akan digunakan jamaah saat melakukan lempar jumrah di Jamarat, yaitu Ula, Wusta dan Aqobah.
Bagi jamaah haji yang mengambil nafar awal, jumlah batu yang dibutuhkan untuk melempar jumrah yaitu 49 batu. Sementara bagi yang mengikuti nafar tsani membutuhkan 70 batu.
Perlu dibahas, apa yang akan dilakukan di Muzdalifah dan apa makna proses ibadah tersebut?
Diketahui, Muzdalifah (Masy’aril Haram), merupakan tempat yang secara khusus disebut Allah SWT dalam Al-Qur’an, bahkan di tempat tersebut kita dianjurkan untuk menyebut nama Allah SWT. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepada mu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang tersesat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 198).
Nafar Awal
Dari banyak pengalaman haji dari tahun ke tahun, jamaah haji Indonesia kerap dibuat bingung dengan sejumlah istilah dalam saat mengikuti manasik. Akibatnya hal itu membuat mereka makin tak memahami istilah yang disampaikan.
Mulai dari tawaf, sai, tahalul, wukuf, mabit, jumrah aqabah, wustha, dan ula. Selain itu ada juga istilah lain seperti nafar Awal, nafar Tsani, Arbain, dan masih banyak lagi.
Kalau boleh menyarankan, sebaiknya jamaah haji Blora, akan mengambil nafar awal, jadi hanya mabit selama dua hari di Mina.
Perlunya dipahami apa yang dimaksud nafar awal dan nafar Tsani? Nafar Awal yaitu meninggalkan Mina setelah melontarkan ketiga jumrah (ula, wustha, dan aqabah) yang masing-masing dilempar sebanyak tujuh kali . Jadi meninggal Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah.
Sedangkan nafar Tsani, jamaah meninggalkan Kota Mina setelah melemparkan ketiga jumrah pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Dengan penjelasan lain, untuk nafar Awal, jamaah melontar jumrah dari 10 hingga 12 Dzulhijjah. Sedangkan yang mengambil nafar Tsani akan melaksanakan lontar jumrah hingga 13 Dzulhijjah.
Saran untuk mengambil nafar Awal bukan tanpa alasan. Di Pondokan Mina, dimana para jamaah haji tinggal di tenda-tenda tahan api, kondisinya serba antri. Sama seperti di Arafah, kapasitas kamar mandi sangat terbatas. Sementara, bekal, utamanya ganti pakaian yang dibawa juga terbatas.
Selain itu, berdasarkan pengalaman berhaji dari tahun ke tahun, kondisi Mina, di hari ke tiga semakin tidak sehat. Diantaranya, sampah semakin menumpuk, kondisi kamar mandi juga semakin kotor.
Belum lagi, sejumlah rukun haji juga harus diselesaikan oleh para jamaah haji. Mulai Thowaf Ifadoh, Sai, Tahalul.
Kembali mengurai perjalan haji, seusai Wukuf di Arafah. Tanggal 8 Juli 2022, menjelang tengah malam para jamaah berada di Muzdalifah untuk mabit atau bermalam. Lewat tengah malam sampai subuh para jamaah menuju ke Mina.
Jika saja sampai di Mina dini hari sebelum Subuh, setelah sholat subuh persiapan untuk melempar jumrah hari pertama. Ingat larangan ihram, untuk itu sebaiknya segerakan untuk lempar Aqobah dan tahalul. Semua itu supaya terbebas dengan larangan ihram. Semua serba antri, tinggal di tenda anti api. makan sudah ada catering. Semoga saja, pondokan haji Blora saat di Mina tidak jauh dari Jamarat.
Sebelum lempar jumroh Aqobah dan tahalul, ingat larangan ihram. Mulai tidak boleh menutup kepala dengan penutup apapun. Dilarang mencukur rambut atau memotongnya walaupun sedikit, baik rambut kepala maupun rambut lainnya. Tidak boleh memotong kuku, baik kuku tangan maupun kuku kaki.
Tak perlu malu jika memang merasa melanggar larangan ihram. Segera bayar Dam, daripada nanti getun saat sudah pulang kembali ke tanah air. Sementara keinginan untuk mengulangi berhaji kembali sangat kecil kemungkinan, mengingat daftar antrian haji di Indonesia sangat panjang. (Bersambung)
Editor : Daryanto