Punakawan Dadu

oleh -271 Dilihat
oleh
Illlustrasi : Istimewa
Ucapan pelantikan Dewan

Oleh : Daryanto

” DIKATAKAN BAGONG, apa yang dilakukannya itu semata-mata sebagai reaksi terhadap Dursosono yang mulai “berulah” menyusul ada sinyalemen bahwa Pilkada di Amarta akan diikuti oleh Calon Tunggal (Catung). Ulah dimaksud, diantaranya, mulai menggosok-gosok keluarga calon wakil yang akan digandeng Puntadewa. ”

AH ada-ada saja ulah para Punakawan menjelang Pilkada di Amarta. Dengan dimotori Bagong, si Bungsu anak Semar ini memasang poster di seantero Amarta dengan tulisan besar Saksikanlah pentas akbar “Punakawan Dadu”. Keruwan saja, tingkah Bagong, berikut isi poster yang dipampangnya membuat para Bos Pandhawa, Yudhistira,Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa, bertanya-tanya.

Bupati Blora

Terutama Yudhistira yang terusik batinnya, dengan lakon “Pandawa Dadu”. ”Ah Bagong mengingatkan kisah saya di zaman wayang pakem. Anak buah saya yang satu ini ( Bagong) kok sepertinya tidak mau tahu perasaan saya. Bukankah dengan pasangan posternya akan mengingatkan kesalahan saya, waktu itu meladeni tantangan Kurawa bermain dadu hingga menyengsarakan para Pandawa hidup di hutan dalam waktu yang lama,” gerutunya.

Untuk itulah, pada suatu kesempatan Yudhistira memanggil Bagong untuk klarifikasi. Bukan ingin memarahi, tetapi paling tidak ingin tahu apa maksud dari “Punakawan Dadu” itu.

” Kamu mbok sedikit tahu perasaanku Gong. Itu postermu mengingatkan penderitaanku dan seluruh Bendaramu Pandawa saat jaman wayang pakem !”

” Tenang Bosku. Apa yang saya lakukan merupakan kesepakatan para Punakawan untuk “melawan” situasi di Amarta yang lucu tur wagu, ” jawab Bagong, tanpa mempedulikan keseriusan Puntadewa (nama lain Yudhistira).

” Memang situasi yang mana?”

” Itu Dursasana membuat ulah,” jawab Bagong sambil sungkem ke Puntadewa.

Tanpa menunggu pertanyaan selanjutnya, Bagong lantas menjelaskan sejelas-jelasnya dengan apa maksud dan tujuan poster bertuliskan “Punakawan Dadu” yang dipasang di seantero Amarta.

Dikatakan apa yang dilakukannya itu semata-mata sebagai reaksi terhadap Dursosono yang mulai “berulah” menyusul ada sinyalemen bahwa Pilkada di Amarta akan diikuti oleh Calon Tunggal (Catung). Ulah dimaksud, diantaranya, mulai menggosok-gosok keluarga calon wakil yang akan digandeng Puntadewa.

Baca Juga :  Ketika Ustadz Semar Berdakwah

Seperti mendekati adik dari Srikandi (calon Wakil Puntadewa), agar mau maju di Pilkada. Tentu pendekatan itu dibumbui dengan rayuan manis. “Kesempatan tidak akan datang dua kali”. ” Mumpung mempunyai dekengan dewa, dijamin kalau sampai maju nyalon Raja di Amarta, tentu kans untuk jadi akan besar. “

Dan seabreg penjelasan yang tampaknya manis, meski sebetulnya itu hanyalah bujuk rayu yang didasari rasa iri, lantaran hasil suvei terbaru Puntadewa tidak akan tertandingi di Pilkada Amarta, dengan pasangan siapapun.

” Mbok tidak reaksioner begitu to Gong, saya saja nyantai Kok. Dunia politik yang demikian. Katanya, juga merayu Srikandi yang mau saya jadikan pasangan supaya jadi calon Raja – bukan calon Wakil Raja ya Gong?” Puntadewa menyela.

” Betul. Informasinya saat ini Dursosono juga tengah merancang poros untuk menyaingi Ndara di calonan Raja Amarta. Intinya jangan sampai calon tunggal.”

”Biarin saja Gong. Nut jaman kelakone. Air mengalir saja. Dan itu khan menjadi hak semua wayang.”

Bagong tetap membantah. Kepada Yudhistira dia mengatakan ada beberapa statemen dari Dursosono yang sebetulnya blunder. Seperti nantinya Partai yang dipimpinnya tetap akan mengusung calon yang kader partai, salah satunya bisa anaknya sendiri.

Penjelasan ini mengundang pertanyaan, bukankah anak Dursosono saat ini masih kader partai lain. Selain itu, Srikandi yang akan digandeng Puntadewa saat ini sudah mempunyai KTA, dengan demikian masuk kriteria kader partai yang dipimpin Dursosono. Sehingga sebenarnya sangat pas dengan statementnya, bahwa Partai yang dipimpin Dursosono akan mengusung calon yang kader.

” Pokoknya, ndak Bos. Saya akan menggelar wahana taruhan. Makanya saya memasang poster ” Punakawan Dadu” ! ‘Maksudnya. Saya akan tantang taruhan kepada berbagai pihak. Intinya, yang dipertaruhkan soal proyek Dursosono itu Gagal atau Berhasil. Saya pegang proyek itu gagal total.”

Diam seribu bahasa mendengar penjelasan Bagong ini. Yudhistira angannya terbang di jama wayang pakem, saat lakon
Pandawa Dadu. Dia merenung dan seolah-olah menyalahkan dirinya, seandainya waktu itu dia tidak menuruti hawa nafsu, meladeni tantangan Kurawa main Dadu, saudara-saudaranya Pandawa tidak menderita hidup ditengah hutan. Bahkan istrinya (Drupadi) jatuh ke tangan Kurawa.

Baca Juga :  Tetap Bakoh Komitmen Sesarengan mBangun mBlora Berkelanjutan

” Terus taruhannya apa, Gong ? ” Bukankah taruhan itu sama saja judi, dan tentu dilarang agama,” tanya Yudhistira.

” Untuk taruhannya nanti dibahas saat pertemuan teknis. Siapa bilang taruhan dosa, Ndara?”

” Sudahlah jangan taruhan,” Yudhistira mencoba untuk terus menasehati.

” Begini loh Bos, ” Bagong mencoba menjelaskan. Dikatakan, taruhan yang tak melibatkan uang tidak termasuk ke dalam kategori taruhan atau judi yang dilarang dalam agama. Terpenting, tak ada pihak yang dibahayakan atau dirugikan. Misalnya, salam taruhan itu kedua belah pihak hanya berjanji untuk minum kopi atau melakukan suatu hal bila dia kalah dalam taruhan itu.

Akan tetapi, taruhan itu memang bisa berubah dilarang apabila yang kalah diwajibkan mengeluarkan uangnya untuk membeli sesuatu yang mahal. ”Pokoknya, kami tidak akan melibatkan harta benda yang bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar,” jelas Bagong.

” Terserah kamu, Gong. Hanya aku pesen, tak usah hiruk pikuk jelang Pilkada di Amarta. Sudah ya Gong, saya mau kerja, kerja, kerja dan kerja. Masih banyak PR yang harus saya selesaikan demi pembangunan di Amarta,” Yudhistira menyudahi pertemuannya dengan Bagong. ***

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.