Dengan berbagai alasan orang mengambil peran dalam kontestasi. Aktif memperjuangkan atau sekedar memberikan dukungan. Bisa atas dasar idealisme atau mungkin pragmatisme. Kelak perilaku politik akan menuai stigmaisasi.
Meliuk Cantik
Partai politik harus memahami konstelasi, sadar posisi, pro aktif komunikasi cari persamaan persepsi jika diperlukan bentuk koalisi. Kadang harus meliuk cantik untuk tampil meyakinkan dan berpadu besinergi menguatkan.
Ojo kagetan lan gumunan. Politik penuh teori kemungkinan. Yang dipermukaan belum tentu yang diniatkan. Yang begaya sok independen pun belakangan ketahuan mempunyai agenda untuk sebuah dukungan.
Di alam demokrasi siapapun boleh beropini untuk menawarkan pilihan dengan syarat tidak keluar batasan regulasi. Juga saat menggalang dukungan. Bagi kekuatan politik maupun perorangan yang tidak se ide dan sejalan seharusnya melawan dengan cara yang dibolehkan. Adu narasi dan gagasan adalah cara ideal yang santun sekaligus mencerdaskan.
Di alam demokrasi perbedaan pendapat dan pilihan adalah sebuah kewajaran. Justru inilah ujian untuk mengukur tingkat kematangan yang tercermin dalam fikiran, ucapan dan tindakan. Intimidasi dan pemaksaan menjadi indikasi ketidakdewasaan.
Acapkali, dengan dalih demokrasi orang mudah menghakimi, menyerang langkah politik lawan yang berseberangan. Seolah yang benar adalah yang sefaham dengan dirinya. Demokrasi adalah yang memihak pilihannya. Padahal adalah bebas orang melakukan sebuah tindakan selama tidak ada norma hukum yang dilanggar dan diabaikan.
Bersikap demokratislah saat anda berjuang untuk demokrasi. Agar jargon demokrasi bukan sekedar teori…*)