Oleh : Daryanto
”MARI kita tunggu saja, kelak akan ada kejadian apa dibalik Strategi Kresna, yang memberi posisi kepada Antarejo, yang terkenal rese. Percayalah, Kresna akan berpihak pada orang yang benar dan baik,” jelas Bagong kepada para Pandhawa. ”
BANYAK warga pewayangan dibuat galau dengan kebijakan-kebijakan Sang Kresna, penasehat sekaligus pelindung Pandhawa akhir-akhir ini. Terutama, memberi kursi empuk kepada Antareja, anak Werkudara yang sehari-hari tinggal di Kstariyan Jangkar Bumi.
Semua itu berawal adanya masukan dari para Pandhawa kepada Kresna, tentang betapa bahayanya Antareja, dimana dengan kesaktiannya dan jiwa resenya, nantinya bakal menyusahkan Pandhawa. Bahkan dikhawatirkan akan merongrong kekuasaan Pandhawa .
” Mohon maaf Uwak Kresna, sebenarnya ada strategi apa kok Antaraja Uwak beri jabatan, kursi empuk. Bahaya lho, nanti pasti akan merongrong jabatan Uwak,” protes Harjuna yang menyempatkan silaturahmi ke Dwarawati.
”Begini lho Juna (kebiasaan Kresna memanggil Harjuna sehari-hari). Tidak semua strategiku selaku pengayom Pandhawa harus saya jabarkan. Termasuk kamu sendiri, mestinya harus bisa bersikap dewasa, sehingga tidak perlu bertanya tentang kenapa saya memberi kursi empuk kepada Antareja,” jawab Kresna.
” Bukankah selama ini Antareja sering mengolok-olok kita (Pandhawa). Sering melontarkan kata-kata dungu dan sederet perkataan kasar lainnya. Sering membuat onar.”
Diam sejenak, Kresna lantas mengatakan, ”belum waktunya saya mengutarakan soal itu semua (Antareja). Ada waktunya saya harus menjelaskan semuanya. Bahkan kalau perlu, nanti tidak harus saya jelaskan, melainkan melihat kejadian yang ada, kamu, juga saudara-saudaramu, Puntadewa, Werkudara, Nakula, Sadewa akan dong alias paham dengan strategiku.”
Merasa tidak puas dengan penjelasan itu, Harjuna lantas serta merta pamitan dengan alasan ingin menuntaskan pekerjaan di Madukara yang menumpuk. Tidak lupa suami dari Subadra, Sulastri,Larasati,Ulupi, Dresanala dan Srikandi itu menyatakan, tetap akan mempertanyakan kebijakan Kresna, memberi jabatan kepada Antareja, sosok yang selama ini memusuhi Pandhawa.
Sepeninggal Janaka, datanglah Werkudara menghadap. Sama seperti yang dikemukakan Harjuna, Werkudara protes dengan kebijakan Kresna yang memberi pangkat drajat kepada Antareja yang sejatinya membahayakan posisi Pandhawa. Dikatakan Werkudara, karena kesaktian Antaraja yang tidak dibarengi dengan unggah ungguh, etika dan cenderung ngawur, bisa jadi nantinya akan membuat Pandhawa kalah di saat perang Baratayudha kelak.
”Bukankah itu anakmu sendiri Dara ( panggilan akrab Kresna kepada Werkudara sehari hari) ?” tanya Kresna.
Atas pertanyaan itu, Werkudara dibuat diam seribu bahasa. Apa yang dikatakan pengayomnya itu memang benar adanya. Antaraja adalah putranya hasil pernikahannya dengan Dewi Nagagini yang anak dari Batara Antaboga, dewa ular. Werkudara masih ingat betul, bahwa pernikahan dengan Dewi Nagagini terjadi ketika insiden Bale Sigala-gala.
”Ya Wak Kresna. Tetapi demi keamanan posisi Pandhawa, Antareja itu membahayakan. Dia suka menyerang disaat tidak mendapat kedudukan, dan baru diam seribu bahasa ketika mendapat posisi jabatan,” jawab Werkudara lugas, meski sebenarnya tidak tega karena Antareja adalah darah dagingnya sendiri.
Baik Kresna maupun Werkudara paham betul, jika Antareja juga kebal dengan berbagai macam senjata karena kulitnya yang tertutup oleh sisik pemberian kakeknya. Tidak hanya itu, Antareja juga kebal dengan olok-olok orang. Kalau istilah Jawanya ndableg.
Kesaktian yang paling mematikan dari kekuatan Antareja, yakni bisa membunuh musuh tanpa menyentuhnya langsung dengan cara menjilat bekas telapak kaki yang ditinggalkan musuh. Termasuk, Antareja mahir untuk membuat opini seolah-olah dia yang paling pintar, sehingga membuat telinga orang gembrebeg.
Kesaktian yang dimiliki Antareja diyakini tiada tandingan. Lidahnya mampu membunuh makhluk apapun yang dijilat telapak kakinya. Kulitnya kebal dari segala jenis senjata dan Antareja mampu berjalan di bawah bumi. Selain itu Antareja memiliki cincin mustikabumi yang mampu menjauhkan Antareja dari kematian selama kakinya menginjak bumi.
”Belum saatnya saya menjelaskan,” jawaban Kresna memecah lamunan Werkudara, yang putra kedua dari pasangan Pandu Dewanata dengan Dewi Kunti itu. Dan, mendengar jawaban itu, Werkudara langsung pamitan dari Dwarawati.
Sepeninggal Werkudara, datanglah dua personil Pandhawa lainnya, Nakula dan Sadewa. Setali tiga uang, Kresna tetap bersikukuh tidak mau menjelaskan perihal kenapa dirinya memberi kedudukan kursi empuk kepada Antareja. Dan Nakula Sadewa pun pamitan.
Agar suasana tidak berlarut-larut, sepeninggal para Pandhawa, Kresna berinisitaif memanggil Bagong. Dengan maksud, Bagong diminta menjelaskan perihal strateginya menempatkan Antaraja pada posisi jabatan tertentu.
”Dawuh Ndara Kresna,” Bagong tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Kresna
”Ada tugas khusus Gong. Coba jelaskan kepada ndara-ndaramu Pandhawa tentang kenapa saya memberi jabatan kepada Antareja !”
” Khan mestinya ndara Pandhawa harus paham tanpa harus dijelaskan. Bukankah apa yang dilakukan Ndara Kresna, semata-mata demi kondusifitas dan keamanan Pandhawa?”
”Sudahlah jangan ngeyel. Hanya kamu yang bisa menjelaskan perihal strategi saya!”
Tanpa mendapat penjelasan lebih lanjut bagaimana dirinya harus menjelaskan kepada para Pandhawa tentang strategi Kresna, Bagong akhirnya pamitan dan langsung menuju ke suatu tempat dimana para Bendaranya Pandhawa berkumpul. Meski posisinya seorang batur, Bagong paham betul dengan apa yang diperintahkan Kresna.
Bak seorang motivator, Bagong memberi penjelaskan panjang lebar kepada para Pandhawa, Yudhistira, Werkudara, Harjuna, Nakula Sadewa, perihal strategi Kresna memberi jabatan kepada Antareja.
” Bapak-bapak para Bosku Pandhawa. Tidak usah menunggu penjelasan Prabu Kresna tentang strateginya memberi posisi jabatan kepada Antareja.”
” Terus, apakah kita harus menanggung akibatnya, Gong,” tanya Harjuna.
”Tidak. Coba ingat-ingat lakon wayang pakem tentang matinya Antareja,” papar Bagong dengan nada serius.
Ketahuilah para Boskuh Pandhawa, demikian Bagong memulai wejangannya. Kelak Kresna pasti akan mengatur strategi agar Antareja mati, sebelum perang Baratayuda.
Membawa angan-angan para Pandhawa ke jaman dulu kala, Bagong menceritakan, melihat Antareja memiliki kemampuan hebat, salah satunya menjilat bekas jejak kaki musuh dan seketika membuatnya mati, Kresna khawatir akan kemampuan hebatnya tersebut. kemampuan itu bisa membahayakan teman sendiri ketika perang nanti karena tidak mampu membedakan bekas jejak kakinya.
Kresna tidak lantas menyirnakan Antareja dengan cara kekerasan, melainkan dengan cara yang super halus. Pada suatu saat, Kresna mengajak Antareja di sebuah tempat yang luas. Kresna meminta antareja untuk menjilat salah satu bekas jejak kaki.
Kresna mengatakan bahwa jejak kaki orang tersebut adalah jejak kaki orang yang sangat berbahaya saat perang Baratayudha. Atas perintah itu, Antareja langsung menjilat bekas jejak kaki tersebut. tak lama kemudian, ia mati.
”Sampai disini paham, Bendaraku Pandhawa?” tanya Bagong agak serak karena telah ceramah hingga 2 jam lebih.
”Saya belum paham, Gong,” Harjuna menjawabnya.
”Oke kalau Ndara Harjuna belum paham. Mari kita tunggu saja, kelak akan ada kejadian apa dibalik Strategi Kresna. Percayalah, Kresna akan berpihak pada orang yang benar dan baik,” jelas Bagong langsung ngeloyor pergi. Sementara, para Pandhawa hanya diam seribu bahasa dengan penjelasan Bagong itu. ***