Nggege Mangsa

oleh -1485 Dilihat
oleh
Foto : dok

Oleh : Daryanto

” OJO nggege mangsa”. Jangan mendahului waktu. Jangan mendahului takdir. Bersabarlah, karena Tuhan pasti akan mengatur segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. ”

MUNGKIN kita tidak bisa protes, manakala dalam cerita pewayangan, Lesmana Mandrakumara putra mahkota Astina, menghadap sang ayahanda, Raja Duryudana, dan mengutarakan niatnya ingin menggantikan Ayahanda menjadi raja di Astina.

Suasana waktu itu, para punggawa yang hadir di pendapa Istana Kerajaan Astina terdiam, terasa nuansa ketegangan yang ada. Mereka tidak menyangka kalau tiba-tiba Lesmana menginginkan sesuatu yang sebenarnya tabu, tidak sopan, kurang bertata krama, dan tidak sesuai adab dalam sebuah kerajaan.

Raja Duryudana masih hidup, masih sehat, masih gagah perkasa, dan masih mampu bertanding di medan perang kalau saja ada serangan dari kerajaan lain. Artinya, dalam kondisi seperti itu, tidak layak Lesmana mengajukan sebuah permintaan seperti itu. Saru. Tidak elok. Atau dalam istilah Jawa Nggege Mangsa.

Seperti halnya 4 bulan menjelang Pemilu serentak, utamanya menjelang Pemilu Legislatif (khususon di Blora) nuansa Nggege Mangsa sangat berasa. Beberapa partai membuat target perolehan kursi di DPRD yang luar biasa. Dan ini sebenarnya sah-sah saja – hanya mungkin banyak yang sepakat sampai 14 Februari mendatang semua masih dalam suasana ketidakpastian. Situasi Nyolong Pethek, bisa saja terjadi.

Misalnya ada sosok yang diprediksi tidak jadi, ujug-ujug jadi. Begitu sebaliknya sosok yang digadhang-gadhang jadi – entah karena kehendak alam jebul tidak jadi. Kurang lebih situasi seperti ini yang diistilahkan Nyolong Pethek – atau bahasa kerennya diluar prediksi.

Kita sebagai manusia seringkali kekurangan stok kesabaran. Ingin semua kiprah segera berbuah dan akhirnya banyak tujuan yang gagal terwujud akibat terlampau bernafsu. Prinsip step by step tidak diterapkan. Semua hal ingin ditangani dan dikuasai, bahkan ekstrimnya seolah dunia ini mau ditempati sendiri.

Baca Juga :  Ketika Bagong Jadi Pengamat Politik

Karena terlampau bernafsu itu, tanpa terasa kita atau orang, kerap melompat tak jelas ke sana-sini. Dan Astagfirullah … endingnya tak berhasil di sana dan gagal di sini. Kalau mau belajar sejarah, soal yang seperti ini contohnya sudah banyak sekali.

Ingat pitutur luhur ini :

Yen to durung titi wancine
Sabaro sak wetoro wektu.
Ojo njur kesusu, keburu nafsu
Yen durung kuwowo nepakke saliro,
Tumindako kelawan “Angon Wayah”.

Artinya betapa pentingnya kita mempunyai kesabaran ekstra. Mengekang nafsu, tidak tergesa-gesa hingga terjerumus pada kondisi asal bertindak tanpa mengukur kemampuan (maaf bukan persoalan materi) dan kesiapan diri. Lebih parah lagi, hanya karena dibakar omongan kerabat, sobat, teman, orang di kanan dan kiri, target muluk-muluk diterapkan.

Contoh kecil saja, seseorang yang pada awalnya nawaitu ingin berkontribusi membesarkan “wadah”, dan setelah melalui episod mengukur kemampuan – mampu – bahkan lebih dari mampu – karena keburu nafsu niat awal sekedar berkontribusi – dalam perjalan memburu tidak sekedar berkontribusi. Melainkan ingin menguasai.

Bila dikaitkan dengan “takdir”, sebutan “nggege mangsa” bisa berarti “mendahului takdir”. Dan dampaknya, tindakan yang dilakukan, apapun dilakukan meski tidak tepat waktunya atau belum tiba waktunya.

Teman sendiri dimakan, bahkan anggota keluarga sendiri diperdayai – semua itu demi mewujudkan target “Yang Paling”.

Semua tindakan yang dilakukan tanpa memperhatikan ketepatan waktunya (meski secara materi berlebih), ini namanya “ora angon wayah”. “Angon” berarti menggembala, dan kata “wayah” berarti “waktu”.

Padahal, idealnya apa yang hendak kita lakukan mesti harus digembalakan (dingon) agar tepat waktu, tepat sasaran, tepat tempat, dan tepat fungsi.

Masalahnya, kalau mau jujur, di zaman serba cepat dan di tengah budaya instan seperti saat ini, ketika hampir semua orang cenderung “uber-uberan” untuk saling unggul, semua akan berdampak betapa tak mudahnya bagi sebagian orang untuk bersabar walau sebentar.

Baca Juga :  Formasi Kursi DPRD Blora di Pileg 2024 Berubah Kah ?

Itulah sebabnya mengapa banyak dari mereka akhirnya berperilaku kalap tanpa sadar, dan banyak keterlanjuran tindakan yang pada akhirnya disesali. Semua itu gara-gara sejak awal memang dilakukan serampangan, terburu nafsu, tanpa dilandasi niat dan nalar yan benar.

Sekali lagi, “Ojo nggege mangsa”. Jangan mendahului waktu. Jangan mendahului takdir. Bersabarlah, karena Tuhan pasti akan mengatur segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.

Bagi sebagian orang mungkin akan mencibir prinsip itu. Wong politik kok angon wayah, pendapat ini sah-sah saja. Termasuk ada yang berprinsip kesempatan tidak akan datang dua kali, ini juga sah-sah saja. Bahkan ada yang berpendapat jangan sumendhe di takdir sebelum kita berusaha mati-matian, ini pun juga sah-sah saja.

Hanya, kiranya perlu juga kita untuk mengukur diri, kemampuan, skill, pengalaman, jam terbang, dan angon wayah. Meski kita sangat sepakat hlo, bahwa yang namanya cita-cita memang harus setinggi langit. ***

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.