Narada Yang Begitu Prihatin Atas Nasib Antasena

oleh -284 Dilihat
oleh
Illustrasi : Istimewa
Ucapan pelantikan Dewan

Oleh : Daryanto

INI harapan Bagong terhadap Ndaranya, Antasena. Dia berharap, mudah-mudahan kepahlawanan Antasena di jaman wayang pakem, tetap terjadi di era wayang milenial. Karena sejatinya kisah tentang Antasena tempo dulu telah menginspirasi dirinya, juga banyak sosok wayang lainnya. Yakni sebagai sosok wayang yang tetap berjuang meski dihadapkan pada rintangan yang sulit sekalipun.

Bupati Blora

MERASA prihatin dengan nasib Antasena, anak bungsu Werkudara, Betara Narada sempatkan turun ke dunia untuk melakukan bimbingan teknis sekaligus bimbingan rohani terhadap Antasena. Tokoh wayang yang menemui kali pertama saat Narada turun ke dunia, adalah Bagong.

Lagi-lagi Bagong, meski posisinya hanyalah sebagai batur, menjadi sosok wayang yang paling tanggap dengan situasi, sehingga kerap menjadi tokoh sentral di dunia wayang milenial. ” Selamat datang ndara, adakah yang bisa saya bantu,” begitu ucap anak paling kecil dari Semar itu.

” Uluk-uluk. …..Kamu itu kok jeli sekali. Seolah-oalah wayang yang paling tau dengan apa yang saya pikirkan dan lakukan hanya kamu, Gong.”

” Ah biasa Ndara. Sebenarnya hendak ada perlu apa Paduka sampai sempatkan turun ke dunia?”

” Kemana ndaramu Antasena ? Saya perlu ketemu untuk memberi advokasi.”

” Oh tentang ndara Antasena to Bathara. Beliau sedang sibuk mempersiapkan calonan di Negara Yodipura yang merupakan anak kerajaan Yodhipati.”

” Oh… ndaramu Antasena mau mencalonkan diri kembali to ?” Tanya Narada pura-pura tidak tahu tentang rencana Antasena. Karena semua tokoh wayang sudah paham betul bahwa Narada adalah pujangga atau patihnya para dewa. Sosok dewa yang mempunyai nama lain Resi Kaneka Putra itu merupakan dewan pertimbangan dari Batara Guru.

” Ah Ndara Narada kura-kura dalam perahu. Bukankah kedatangan Paduka ke dunia ini juga dalam rangka mau memberi advokasi kepada bos saya, Antasena.”

Narada dibuat terdiam. Dalam hati mengakui kelantipan batin Bagong. Karena memang maksud dan tujuannya turun ke dunia memang benar adanya seperti yang dikemukakan Bagong. Dewa ini merasa prihatin dan khawatir dengan posisi Antasena yang sebenarnya hebat, tangguh dalam menghadapi segala rintangan. Termasuk dikenal sebagai salah satu Raja yang mempunyai jaringan luas di Kadewatan, sehingga cukup sukses membangun Kerajaan Yodipura.

Kalau dalam cerita wayang pakem, Antasena digambarkan berwatak polos dan lugu, tetapi teguh dalam pendirian. Dalam berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko, sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Padahal watak demikian itu menunjukkan kejujurannya dimana ia memang tidak suka dengan basa-basi.

Namun tidaklah demikian di era wayang serba digital ini. Antasena merupakan sosok Raja di Yodipura yang benar-benar brilliant, tangguh, dan jaringannya luas. Sehingga dapat dikatakan cukup sukses membangun Yodipura, meski sayang orang-orang disekitarnya memanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Baca Juga :  Tuah Diplomasi Kuliner Ala Bupati Arief Yang Sungguh Mujarab

” Kalau boleh tahu, Ndaramu akan berpasangan dengan siapa Gong?” Tanya Narada memecah kebisuan.

” Ada deh. Hahahahaaa….hahaaa… Anu Bethara, Ndara Antasena akan berpasangan dengan sosok wayang wanita yang kegolong tangguh dan jaringannya juga luas,” jawab Bagong.

Narada kembali terdiam. Dewa yang satu ini teringat dengan cerita wayang kelam. Yakni, Antasena lahir dalam keadaan yang tidak biasa. Sejak dalam kandungan, Antasena telah menunjukkan keberaniannya. Saat masih janin, ia sudah mampu mengalahkan Prabu Dewa Kintaka yang ingin merebut Batari Kamaratih. Perlindungan dari Sang Hyang Wenang dan Sang Hyang Narada membantu Antasena melewati berbagai rintangan.

Bahkan di usia muda, Antasena memiliki beragam keistimewaan yang membuatnya dihormati dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Diantaranya, kulit terlindung sisik udang (warisan dari ibunya), membuatnya kebal terhadap berbagai jenis senjata.

Hanya, di zaman Milenial ini, menjelang pemilihan Raja Yodipura, nasib Antasena menurut kacamata Narada dalam posisi tidak mengenakkan. Diantaranya, dalam posisi galau karena posisi bargaining untuk memilih wakilnya juga dalam posisi lemah.

” Kira-kira, kans ndaramu Antasena untuk memenangi pemilihan Raja bagaimana Gong?” tanya Narada kembali

” Bukan bermaksud ndisiki kersa, tampaknya Ndara Antasena akan memenangi kontestasi sang Bathara.”

” Oooo.. baiklah kalau begitu. Tapi misal saya mempunyai beberapa pesan, kira-kira kamu berani menyampaikan Gong? Baik pesan kepada Ndaramu Antasena maupun calon pasangannya ? ”

” Kalau ini memang amanah, demi kemajuan Yodipura, sendika dawuh Batara. Saya jamin saya pastikan akan saya sampaikan. Hanya masalah nanti pesan-pesan Bathara dijalankan oleh Ndara Antasena maupun Wakilnya, saya tidak menjamin lho.”

”Baiklah,” Narada mulai sampaikan sejumlah pesan ke Antasena melalui sosok Bagong. Dikemukakan, sebaiknya Antasena rembugan di depan soal metoda nanti dalam menata Kerajaan Yodipura. Rembugan itu di banyak hal, mulai bagaimana soal pendanaan calonan, pembagian tugas setelah menjabat nanti.

Menurut Narada, hal-hal itu, mulai bagaimana soal pendanaan calonan, pembagian tugas setelah menjabat nanti, sangat penting dirembug di awal, supaya kelak membuat suasana pemerintahan di Yodipura kondusif. Jangan sampai nanti menjabat baru seumur jagung lantas tidak ada keharmonisan antara Raja dan Wakil Raja. Jika sampai ini terjadi akan membuat suasana gaduh.

” Untuk pesan calon Wakil ndara Antasena, kira-kira apa Sang Batara? ”

” Tidak banyak. Terpenting sampaikan ke calon Wakil ndaramu Antasena, terbuka jika diajak rembugan soal biaya calonan, dan sepakat diajak rembugan sejak awal tentang pembagian tugas kelak jika sudah menjabat.”

” Baiklah Sang Bathara. Hamba siap melaksanakan! ” Jawab Bagong singkat.

Baca Juga :  Manuver Durmagati Jelang Pilkada Amarta

Atas pesan-pesan dari Bathara Narada itu, Bagong selintas teringat akan kesaktian Ndara-nya saat menjalani kehidupan di jaman wayang tempo dulu. Antasena yang mempunyai kemampuan terbang, amblas dan menyelam, sehingga memberinya keleluasaan dalam menghadapi berbagai situasi. Pedang sakti Gadaiswara yang diperoleh dari Sang Hyang Antaboga, dimana pedang tersebut mampu memancarkan api dan petir adalah senjata ampuh Antasena dalam pertempuran.

Berikut, Cupu Madusena yang merupakan pemberian dari kakeknya, Batara Baruna, memiliki kekuatan untuk menghidupkan orang mati, memberikan keunggulan strategis yang dimiliki Antasena di medan perang. Dia memiliki ilmu kanuragan tingkat tinggi yang memungkinkannya mengeluarkan tenaga dalam dan menghancurkan lawan dengan sekali pukul.

Ndaranya Antasena juga terlibat dalam berbagai kisah pertarungan yang menunjukkan keberaniannya. Saat melawan Prabu Salya misalnya, waktu itu meskipun harus melawan pamannya sendiri, Antasena berhasil mematahkan tombak sakti Prabu Salya.

Berikut dalam pertarungannya melawan Prabu Baladewa, lawan yang sekaligus guru Pandawa dan Kurawa itu juga tidak mampu mengalahkan ketangguhan Antasena. Demikian juga, saat bertarung dengan Prabu Kresna, Antasena berhasil menghindari serangan panah sakti Prabu Kresna.

Saat konfrontasi dengan Prabu Arjuna, terlepas dari hubungan keluarga, Antasena mampu menangkis serangan panah sakti Arjuna. Bahkan Antasena sempat terlibat pertarungan dengan ayah kandungnya, Sang Werkudara. Pertarungan ini memang yang paling menarik, dimana Antasena berhasil mengalahkan ayah kandungnya sendiri dengan menggunakan pedang Gadaiswara.

Dari cerita wayang pakem itu, dalam lamunannya, Bagong tetap berharap, di era milenial ini, ndaranya Antasena tetap menunjukan keberanian, ketangguhan, dan pengetahuan kanuragan tingkat tinggi, dan menjadi sang pelobi yang lebih ulung. Semua itu merupakan kombinasi kekuatan yang maha dahsyat dalam membangun Kerajaan Yodipura.

” Mudah-mudahan apa yang saya harapkan menjadi kenyataan. Karena sejatinya kisah tentang Bendara Antasena tempo dulu telah menginspirasi diri saya juga banyak sosok wayang lainnya. Yakni sebagai sosok wayang yang tetap berjuang meski dihadapkan pada rintangan yang sulit sekalipun,” ungkap Bagong dengan lirih. (Dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.