” BERAT, jika menteri yang masih menjabat, dan calon-calon menteri yang akan mengisi kekosongan kementerian yang pejabatnya pensiun, mempunyai loyalitas seperti rumah makan sing akeh cabange. Padahal mestinya loyalitas itu harus tegak lurus. Loyal kepada Raja. ”
RAJA Amarta, Puntadewa kelihatan murung, menyusul kembali ada salah satu menterinya memasuki purna tugas. Meski wataknya sabar, ikhlas, percaya dengan kekuasaan Tuhan, karena sudah menyangkut keberlangsungan pemerintahannya, dengan purna tugasnya salah satu menterinya itu, tak urung membuat dia murung. Dan harus segera mengambil langkah-langkah konkrit.
Dengan purna tugasnya seorang menteri di Amarta itu, semakin bertambah pula kekosongan menteri di lingkungan Kerajaan Amarta. Setidaknya ada lima jabatan menteri yang kosong. Mulai Menteri yang mengurusi bidang kependudukan, Menteri Sosial.
Belum lagi, Menteri yang ngurusi bidang pendidikan, juga akan memasuki purna tugas. Berikut seorang pejabat koordinator menteri, juga akan pensiun. Belum lagi, satu menteri yang tugasnya mengawasi jalannya pemerintahan juga sudah lama purna tugas.
Tahun ini Amarta benar-benar alami krisis menteri. Sudah jelas memang langkah yang diambil Raja Puntadewa menyikapi hal itu, yakni telah mengajukan ijin ke pusat untuk pelaksanaan asesmen dalam rangka mengisi kekosongan menteri-menteri tersebut.
Dalam rangka untuk mendukung tagline Sesarengan Mbangun Amarta, kalau boleh sekedar saran untuk Raja Puntadewa, miliho wong sing setyane ora kaya Rumah Makan sing Akeh Cabange.
Berat, jika menteri yang masih menjabat, dan calon-calon menteri yang akan mengisi kekosongan kementerian yang pejabatnya pensiun, mempunyai loyalitas seperti rumah makan sing akeh cabange. Padahal mestinya loyalitas itu harus tegak lurus. Loyal kepada Raja.
Tembung setya, setia itu diartikan setia kepada pimpinan bukan selaku pribadi, melainkan setia kepada pemimpin yang mempunyai sejumlah program dalam rangka mensejahterakan warga, demi kemajuan daerah yang dipimpinnya.
Untuk itu, mestinya, jika sudah ada dugaan adanya gejala Menteri yang tidak respek atau mbalelo kepada pimpinan (Raja), dipastikan Amarta akan mengalami kemunduran. Atau hanya berjalan di tempat.
Kalau sudah tidak patuh kepada Raja, lalu Menteri itu mau patuh kepada siapa? Kerja untuk siapa? Kerja untuk masyarakat khan kendalinya ada di Raja. Kendati atasan langsung Menteri adalah Perdana Menteri, namun kinerjanya juga harus dilaporkan kepada Raja, karena leadership-nya adalah Raja.
Instruksi Raja adalah suatu kebijakan yang harus ditaati oleh Menteri dan pejabat lainnya. Baik menyangkut tentang kebijakan, anggaran, maupun kinerja sebagai pelaksana anggaran secara keseluruhan.
Dalam hal ini Perdana Menteri juga harus bisa memberi masukan-masukan kepada Menteri, bagaimana mengkoordinir (mereka) menata Kerajaan Amarta. Untuk itu, tegas, jika kedapatan ada Menteri yang tidak taat asas, maka Raja harus tegas mengganti Menteri tersebut.
Menteri dalam arti taat asas, karena dia sebagai pelaksana kebijakan yang diatur oleh undang-undang untuk melaksanakan apa yang telah dituangkan untuk melaksanakan perintah Raja sebagai pelayan publik. *)