Oleh : Urip Daryanto
” ADA persoalan serius yang harus ditanggapi, usai Bupati Blora, Arief Rohman “loby” ke Menteri Transmigrasi, terkait warga terdampak PSN, Bendungan Karangnongko. Yakni, bagaimana langkah cepat dari sejumlah OPD terkait di Blora agar relokasi warga tiga desa yang terdampak Bendungan Karangnongko tersebut, yakni warga Desa Ngrawoh, Nglebak dan Nginggil – Kecamatan Kradenan ) bernilai plus . ”
ADA kabar baik saat Bupati Blora, Dr. H Arief Rohman temui Menteri Transmigrasi, Iftitah Sulaiman, di kantornya, Selasa (21/1/2025) lalu.
Apa yang dilakukan Bupati Arief itu, dalam rangka upayakan solusi terbaik bagi warga tiga desa di Kecamatan Kradenan yang terdampak Proyek Strategis Nasional Bendungan Gerak Karangnongko.
Menteri Iftitah Sulaiman, politikus Partai Demokrat yang pernah menjadi ajudan dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyampaikan, hendaknya untuk merelokasi warga terdampak dari Bendungan Karangnongko itu tidak hanya sekedar memindah. Melainkan menjadikan lokasi baru nanti menjadi desa produktif.
Untuk tindak selanjutnya, Iftitah Sulaiman yang merupakan lulusan terbaik dari Akademi Militer tahun 1999 dan penerima penghargaan Bintang Adhi Makayasa dari Presiden RI itu, mempersilahkan pihak-pihak di Blora untuk berkoordinasi dengan Dirjen-nya, Velix Wanggai.
Menanggapi paparan Bupati, Menteri Iftitah Sulaiman menyambut baik usulan Bupati Blora. Dirinya berjanji akan segera melaporkan semua ke Presiden. Selain itu, dia juga menilai bahwa ada ide brilian dari Bupati Blora dengan istilah transmigrasi lokal, untuk merelokasi warganya yang terdampak Bendungan Karangnongko.
Panjang lebar, Menteri Transmigrasi memberi arahan, salah satu diantaranya, sesuai arahan Presiden, bahwa transmigrasi bukan hanya sekedar memindahkan penduduk. Melainkan bagaimana menciptakan lokasi baru bisa menjadi desa produktif. ” Kalau istilah kami, di desa atau lokasi yang baru itu akan menjadi desa pencetak uang,” terang Iftitah Sulaiman.
Termasuk, pihaknya akan koordinasi dengan Menteri Investasi terkait kemungkinan mendatangkan investor di lokasi dimaksud. Untuk itu pihaknya akan segera mengirim tim untuk turun ke lokasi, dalam rangka untuk memetakan potensi, kira-kira investasi atau pabrik apa apa yang cocok didirikan.
Persoalannya, bagaimana langkah cepat jemput bola dari sejumlah OPD terkait relokasi warga tiga desa yang terdampak Bendungan Karangnongko ( Desa Ngrawoh, Nglebak dan Nginggil – Kecamatan Kradenan ) itu, usai Bupati Arief “loby” ke Menteri Transmigrasi.
Eman-eman, jerih payah dari orang nomor satu di Blora itu, jika tidak ditindaklanjuti oleh-oleh OPD terkait. Karena sejatinya, di sela-sela kesibukanya, Arief Rofman tetap menyempatkan lobi ke Jakarta, bukanlah piknik semata.
Melainkan, sebagai Bapak-nya orang Blora, Arief rela bersusah payah ke Kementerian untuk memikirkan warganya yang bakal terdampak Bendungan Karangnongko.
Sehingga kalau tidak ada tindak lanjut dari sejumlah OPD terkait, bisa jadi acara menemui Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman, hanyalah piknik semata. Kesimpulannya, ide brilian Arief Rohman harus didukung oleh jajarannya (kepala OPD).
Diketahui, saat temui Menteri Transmigrasi, Bupati Arief Rohman menyampaikan, bahwa di kabupaten Blora ada PSN, Bendungan Karangnongko. Ada tiga desa yang sangat terdampak, masing-masing Ngrawoh, Nglebak dan Nginggil.
”Harapan kami desa-desa tersebut tetap ada, dalam artian direlokasi atau istilahnya transmigrasi lokal yang lokasinya tidak jauh dari desa yang sekarang. Ya, jaraknya paling jauh 2 km,” papar Arief Rohman.
Disampaikan, lokasi yang direncanakan untuk transmigrasi lokal berada di area KHDTK UGM Getas.
” Kami ingin mensukseskan pembangunan Bendung Karangnongko ditetapkan sebagai PSN. Tapi kami juga ingin menampung keinginan dan mencarikan solusi untuk masyarakat desa yang terdampak” ungkap Arief yang pernah menjadi Staf Khusus Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia 2009-2014 itu. ***