Oleh : Niken Sriwati
” JIKA isu tentang perempuan tak terwakili di visi misi dan program pasangan calon di Pilkada Blora, bagaimana landasan formal dan moral, seandainya pasangan dimaksud di masa kampanyenya memberikan janji-janji politik yang terkait dengan penyelesaian persoalan-persoalan yang secara khusus dialami kaum perempuan ? ”
SEPERTINYA pasangan Arief Rohman – Sri Setyorini (ASRI) menyadari betul bahwa kaum perempuan adalah kantong suara yang potensial. Maka dengan dimunculkannya dua program khusus tentang perempuan di visi misi dan programnya — jika pasangan ini memenangi kontestasi pemilihan Bupati kelak — sudah selayaknya perempuan Blora menagih janji politik tersebut.
Sedangkan ABDI, mungkin sedang lalai sehingga tidak menyematkan program khusus untuk perempuan itu. Atau memang tak hendak memperjuangkan nasib perempuan Blora.
Lazim di setiap momentum politik, baik pemilihan legislatif ataupun eksekutif, suara perempuan selalu menjadi incaran untuk mendulang suara bagi pemenangan para kontestannya.
Pun demikian dengan pemilihan bupati Blora tahun 2024. Ini tak lepas dari fakta bahwa cacah jiwa pemilih perempuan lebih banyak dari jumlah pemilih laki-laki. Sebagaimana rilis dari KPUD Kabupaten Blora, jumlah pemilih perempuan 352.864 jiwa. Sementara jumlah pemilih pria sebanyak 347.749 jiwa.
Banyak upaya dilakukan tim sukses untuk memikat dukungan kaum hawa ini. Mulai dari kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat para emak-emak, semisal senam, jalan sehat, pengajian dan banyak bentuk lainnya, juga dengan melibatkan secara masif kaum perempuan dalam jaringan pemenangan sampai tingkat RT atau TPS.
Tentu ini semua absyah sebagai ikhtiar politik. Yang justru jadi pertanyaan adalah, sejauh mana kepentingan perempuan benar-benar menjadi perhatian para pasangan calon dengan mencantumkan keberpihakan mereka pada perempuan dalam visi misi dan programnya.
Karena sejatinya, visi misi dan program calon tersebut sebagai komitmen politik pasangan calon, yang kelak bisa ditagih oleh para pendukungnya.
Mencermati visi, misi dan program ASRI sebagaimana dokumen yang dipublish KPUD Kabupaten Blora, kita bisa menemukan kata ‘perempuan’ muncul beberapa kali.
Yang pertama, termaktub di program “Perempuan Blora Berdaya” yang merupakan turunan dari misi “Meningkatkan produktivitas daerah sektor pertanian, peternakan, UMKM dan investasi.”
Di program lain yang merupakan terjemahan dari misi “Mewujudkan pemerintahan yang berintegritas, adaptif dan kolaboratif”, juga ada “Musrenbang anak muda, perempuan dan kelompok rentan.”
Pemberdayaan Perempuan
Dua program diatas bisa dipahami bahwa pasangan ASRI menjanjikan perempuan Blora sebagai pelaku dan kelompok sasaran dari upaya-upaya pemberdayaan. Selain itu perempuan Blora juga akan dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan, yaitu kegiatan musrenbang khusus, dengan peserta terdiri dari generasi muda, perempuan dan kelompok rentan.
Sekalipun bentuk kongkrit dari dua program tersebut belum tergambarkan secara gamblang, setidaknya clue tentang perempuan sudah tertera di visi, misi dan program pasangan ASRI.
Pada kesempatan yang sama, KPUD Kabupaten Blora juga mempublikasikan visi, misi dan program pasangan ABDI. Dalam dokumen sebanyak delapan halaman tersebut, yang mengusung visi ; “Blora Hebat Bermartabat”, tidak ditemukan adanya kosa kata ‘perempuan’ atau penyebutan sinonim lainnya.
Empat misi dan sembilan belas program pasangan ABDI ternyata tak bersinggungan sama sekali dengan persoalan yang secara khusus dialami kaum perempuan.
“Kecerobohan” atau kealpaan ini tentu sulit dimengerti. Lalu, jika isu tentang perempuan tak terwakili di visi misi dan program, bagaimana landasan formal dan moral, seandainya pasangan ini di masa kampanyenya memberikan janji-janji politik yang terkait dengan penyelesaian persoalan-persoalan yang secara khusus dialami kaum perempuan ?
Dari uraian diatas, sepertinya ASRI menyadari betul bahwa kaum perempuan adalah kantong suara yang potensial. Maka dengan dimunculkannya dua program khusus tentang perempuan — jika pasangan ini memenangi kontestasi pemilihan bupati kelak– sudah selayaknya perempuan Blora menagih janji politik tersebut.
Sedangkan ABDI, mungkin sedang lalai menyematkan program khusus untuk perempuan, atau memang tak hendak memperjuangkan nasib perempuan Blora. ***
Tentang Penulis : Niken Sriwati, Pegiat Perempuan dan Mantan Ketua Cabang IPPNU Blora
*Tulisan pada opini tersebut di luar tanggung jawab redaksi topdetinews.com