” MBILUNG kali ini “macak” menjadi guru les privat Matematika. Tentu juga tahu sendiri karena pangkat batur,kapasitasnya sebagai guru les Matematika juga meragukan, bahkan kadangkala juga membingungkan bagi murid-muridnya.”
MBILUNG yang biasanya mengikuti raja yang berwatak jahat atau satria yang hanya mengutamakan harta, kali ini “macak” menjadi guru les privat Matematika. Tentu juga tahu sendiri karena pangkat batur,kapasitasnya sebagai guru les Matematika juga meragukan, bahkan kadangkala juga membingungkan bagi murid-muridnya.
Seperti Togog yang masih saudaranya sendiri dan berstatus murid les privatnya, merasa tidak pernah mendapatkan penjelasan yang tuntas dari Mbilung sang guru privat Matematika. Banyak penjelasannya yang tidak pernah tuntas sehingga mengakibatkan multitafsir.
Seperti ketika hari Rabu Legi, Togog mendapat PR Matematika dari gurunya, yakni diminta untuk menjawab soal matematika cerita. Soal itu adalah, ada bantuan dari Dewa kayangan kepada penghuni di mayapada kategori miskin. Termasuk untuk penduduk di negara Amarta.
Disebutkan jumlah penduduk Amarta yang mendapat bantuan sebanyak 81.999 orang, dimana masing-masing orang mendapat bantuan berupa sembako dengan nilai Rp 200.000 setiap bulannya. Dalam prakteknya, bantuan itu ditangani oleh Bos yang modalnya besar, tidak hanya itu, Si Bos yang kaya raya itu dalam menyalurkan bantuan dari Kahyangan itu mempunyai kepanjangan tangan (pemilik warung sembako) yang tersebar di banyak tempat.
Berapa nilai bantuan untuk warga Amarta di setiap bulannya? Berapa penyusutan hak yang diterima penduduk Amarta, jika dalam penyaluran anak buah si Bos yang menyalurkan barang sembako tersebut mendapat jatah Rp 12.500 tiap-tiap warga yang mendapat bantuan ?
‘’Soal segampang itu kok ditanyakan to, Bang Togog ? ‘’
‘’Kamu khan guru les saya dan di setiap bulannya saya juga sudah membayar untuk kamu Dinda Mbilung ? Maksud saya, jika ada soal seperti itu untuk mengerjakannya harus memakai rumus apa ? Apakah dicari Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) maupun Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) –nya atau bagaimana ?’’ jawab Togog setengah jengkel.
Mendapat jawaban seperti itu, tidak ada pilihan lain bagi Mbilung kecuali harus menjelaskan secara rinci. Dikatakan, untuk menjawab soal Matematika bercerita itu tidak perlu menggunakan rumus tertentu, apakah itu rumus FPB atau KPK. Melainkan cukup menggunakan kaidah perkalian, pengurangan maupun pembagian.
Dijelaskan Mbilung, untuk soal berapa nilai bantuan untuk warga Amarta di setiap bulannya, langsung saja bisa dikalikan jumlah warga yang menerima bantuan, yakni sejumlah 81.999 dikalikan Rp 200.000 (nilai bantuan), sehingga ketemu angka Rp 16.399.800.000.
‘’Jika ingin mengetahui berapa nilai bantuan dari Kahyangan untuk warga Amarta di setiap tahunnya, tinggal mengkalikan angka Rp 16.399.800.000 x 12 – dan hasilnya Rp 196.797.600.000,’’ jelas Mbilung.
‘’Untuk soal Berapa penyusutan hak yang diterima penduduk Amarta, jika dalam penyaluran anak buah si Bos yang menyalurkan barang sembako tersebut mendapat jatah Rp 12.500 untuk tiap-tiap warga yang mendapat bantuan ?’’ Togog langsung mengejar soal berikutnya.
Dengan tenang Mbilung kembali menjelaskan, bahwa untuk menghitungnya tinggal mengurangi angka Rp 200.000 dengan angka Rp 12.500 sehingga ketemu angka Rp 187.500. ‘’Kalau ingin tahu jumlah uang yang berkurang atau jika dapat diistilahkan dana operasional yang dibutuhkan untuk penyaluran bantuan dari Kahyangan itu tinggal mengalikan angka Rp 12.500 dengan angka 81.999 (jumlah penerima), sehingga ketemu angka Rp 1.024.987.500.’’
‘’ Besar juga ya Dinda Mbilung dana untuk operasional pembagian bantuan itu ?’’
‘’Lho ini disiplin ilmu Matematika Kak Togog, sehingga tidak perlu mempersoalkan angka besar atau kecil,’’ jawab Mbilung setengah memperingatkan Togog.
‘’Lha untuk Si Bos besar yang mempunyai dana mosok tidak mengambil keuntungan ? Khan tidak mungkin di jaman seperti ini hanya kerja sosial ?’’ pertanyaan Togog semakin menyimpang dari Ilmu Matematika.
Kali ini Mbilung dengan tegas menyatakan, bahwa dirinya hanyalah sebagai guru les Matematika sehingga tidak pada tempatnya untuk menjelaskan di luar disiplin ilmu Matematika. Dikatakan bahwa pertanyaan Togog itu adalah ranah disiplin ilmu Ekonomi Bisnis.
‘’Maaf saya tidak bisa menjelaskan pertanyaan soal keuntungan di balik penyaluran bantuan sembako untuk warga Amarta Kanda Togog, karena itu bukan disiplin ilmu saya. Saya hanyalah guru les Matematika,’’ tandas Mbilung sambil pamitan karena memang jam les sudah habis.
Kembali ke laptop, yakni ke dunia pewayangan, dua sosok wayang Togog dan Mbilung, Togog adalah sosok dewa yang ngejawantah. Tugas Togog dan Mbilung adalah berbaur dengan rakyat kelas bawah. Keduanya memang berkaitan dengan upaya memberantas kejahatan. Artinya, di mana ada keangkaramurkaan, disitu harus ada sosok Togog dan Mbilung. (Tancep Kayon)
Editor : Daryanto