Masih Banyak “Lubang”  Jelang Usianya ke -274  Tahun

oleh -777 Dilihat
oleh
Foto || dok

MOMEN memperingati hari jadi Blora  ke -274 ini, ada  beberapa hal  yang perlu diperhatikan Mas Arief, panggilan akrab Bupati Blora Bupati Blora ke -30, H. Arief Rohman, S.IP., M.Si.

Tiada gading yang tak retak. Masih banyak lubang selama pemerintahan Arief Rohman ini. Selain persoalan infrastruktur, salah satunya soal reformasi birokrasi, karena selama ini terasa orang nomor satu di Blora itu seolah “lari” sendirian.  Sementara ada kesan birokrasi keponthal-ponthal untuk mengikutinya.

Sudah saatnya melakukan penilaian kinerja masing-masing kepala OPD.  Basisnya tetap kinerja untuk melakukan evaluasi itu, atau dasar untuk melakukan penyegaran.

Harapannya, ke depan bagaimana kepala OPD “jualan” ke Bupati di persoalan  kinerja dan inovasi.  Bukan semata menjual “rembug manis” dengan tujuan untuk mempertahankan posisinya.

Angkat topi, Blora memang dekengan pusat.  Salah satu buktinya, dua ruas jalan kabupaten di Blora Selatan, yakni – Jalan Temulus (Randublatung) – Sumber (Kradenan), dan jalan Wulung (Randublatung) – Klatak (Jati), saat ini dibangun oleh Kementerian PUPR. Sumber dananya Inpres jalan.

Belum lagi, ruas jalan Blora – Purwodadi juga mendapat anggaran inpres jalan sebesar Rp 156 Miliar dan di bulan September 2023 ini segera dibangun. Saat ini  pekerjaan tengah berjalan.

Ada 4 paket peningkatan jalan di Jalan Purwodadi – Blora. Yakni sepanjang 12 Kilometer, mulai Jalan Lingkar Utara Purwodadi sampai Ngawen, Blora. Jalan yang saat ini masih beraspal akan diganti dengan rigid beton tanpa tulangan.

Jalan akan diperlebar menjadi 8,2 meter. Bahu jalan juga diperkeras,  kanan kiri masing-masing 1,4 Meter.

Yang terbaru, jalan Randublatung – Getas juga dibangun dengan skema dana Inpres Rp 53 M. Sesuai kontrak pembetonan jalan sepanjang 10 Km itu harus rampung 31 Desember 2023.

Bupati H. Arief Rohman mengakui jika pembangunan jalan yang membuka akses Blora ke pintu gerbang Ngawi, Jawa Timur bak Bandung Bondowoso. Karena dua bulan harus jadi.

Dia optimis, pekerjaan akan selesai sesuai perencanaan, demikian juga pembangunan jalan yang dilakukan oleh Pemkab Ngawi saat ini juga sudah jalan. Sehingga nantinya terkoneksi, dan jika sudah rampung, lebaran tahun depan (2024) para pemudik sudah bisa jajal jalan Ngawi tembus Randublatung.

Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK)  Balai Jalan Besar  PUPR Jateng – DIY,  Arief Agus Setiawan menjelaskan, pembangunan jalan Randublatung – Getas dibagi menjadi dua paket pekerjaan. ”Dua bulan harus selesai,” tandasnya.

Disampaikan, dana turun akhir Oktober dan .kontrak dua paket. Yang satu paket dimenangkan PT Graha Mustika Mulia, panjang jalan 5 Km  dengan besaran kontrak 27 Miliar.

Sementara itu, satu paket lagi,  sepanjang 4,4 Km dengan nilai kontrak 24,5 Miliar dengan waktu pelaksanaanya 63 hari. Konstruksinya adalah beton rigid dengan  ketebalan 25  Cm,  dengan tulangan tunggal. Semula lebar jalan antara 3 – 5 Meter akan  dilebarkan menjadi 6 M,  ada bahu jalan.

Baca Juga :  Dan Srikandi pun Menjadi Wasit Yang "Menakutkan"

Butuh perjuangan ekstra untuk merealisasikan pembangunan jalan Randublatung-Getas lewat skema Inpres.  Butuh  waktu hampir 7 tahun untuk menggolkan.

Mas Arief menyatakan mimpi lamanya untuk bisa membangun ruas jalan dari Randublatung-Getas dengan perjuanganya luar biasa akhirnya terealisasi. Sejak dirinya jadi Wakil Bupati, setelah  7 tahun dengan berbagai lobi yang terus dilakukan akhirnya jalan dibangun.

Bupati yang akrab dipanggil Mas Arief itu mengakui, usulan pembangunan jalan Randublatung-Getas awalnya hampir tidak masuk dalam rencana pembangunan dari pemerintah pusat.

Mengingat usulan jalan tersebut sangat penting dan akan memberikan manfaat bagi berkembangnya Blora wilayah Selatan,  Bupati Arief pantang menyerah.  Dengan gigih terus mendorong usulan pembangunan tersebut agar bisa diakomodir oleh Pemerintah Pusat.

 “Sempat tidak masuk, yang keluar (terealisasi) adalah Temulus-Sumber dan Wulung- Klathak. Namun saya masih belum menyerah, akhirnya saya sowan Pak Mensesneg.  Saya sampaikan ke beliau kalau saya ditangisi sama warga Randublatung bagian Selatan.

Dengan gigih Bupati mendorong dan mengawal usulan tersebut hingga ke Pemerintah Pusat, akhirnya pembangunan Jalan Randublatung-Getas menemui titik terang. Jalan Randublatung Getas sepanjang 10 Km dibangun dengan cor rigid beton dan memiliki lebar 6 Meter, oleh Kementerian PUPR melalui dana Inpres Jalan 2023 dengan total anggaran Rp 53,7 M.

Atas keberhasilan itu, orang Jawa bilang Bupati Blora saat ini pantas jika dijuluki sosok orang yang digdaya tanpa aji.  Terlepas dengan segala kekurangan yang ada, baik selaku pribadi maupun sebagai kepala daerah.

Orang nomor satu di Blora itu, H. Arief Rohman, mengkalim dibanding daerah lain di Jawa Tengah,  Blora itu yang paling banyak mendapat dana Inpres Jalan untuk membangun infrastruktur.

Keberhasilan itu sejatinya buah dari  usaha tidak kenal lelah dari Bupati Blora saat ini, untuk melakukan loby-loby ke pusat. Sehingga, dua jalan kabupaten yang rusak bertahun-tahun dapat bantuan pembangunan dari pusat, besarannya senilai hampir Rp 50 Miliar.

Usaha untuk mewujudkan mimpi masyarakat Blora untuk mempunyai jalan yang bagus, tampaknya terus dilakukan. Seperti, Blora saat ini juga sedang mengupayakan bantuan dari pusat untuk pembangunan ruas jalan Randublatung – Getas – Batas Ngawi dan Cabak – Bleboh. Harapannya secepatnya ikut dapat anggaran Inpres Jalan tahap selanjutnya.

Blora  sendiri telah mengajukan 5 (lima) ruas jalan kabupaten yang rusak agar dapat bantuan anggaran Inpres. Diantaranya,  jalan Temulus – Sumber, Wulung – Klatak, Randublatung – Getas batas Ngawi dan Cabak – Bleboh.

Namun pada tahap awal ini baru Temulus-Sumber dan Wulung-Klatak yang disetujui senilai total Rp 47 Miliar. Rinciannya untuk Wulung – Klatak, dengan  panjang pekerjaan rigid 5,570 Meter  x  6 Meter, 446 Meter x  4,5 Meter dan aspal 275 Meter x 4 Meter (oprit keluar masuk jembatan). Juga Jalan Randublatung – Getas – Ngawi, Jawa Timur.

Digdaya

Ada dalam filosofi Jawa yang pas untuk memaknai kepemimpinan Arief Rohman, Digdaya Tanpo Aji atau digdaya tanpa pusaka. Sebuah kedigdayaan tanpa jurus, jimat, atau ilmu.

Baca Juga :  Bawaslu Blora Imbau Bapaslon untuk Tidak Gunakan Fasilitas Negara saat Mendaftar

Karena dalam memimpin dan memajukan Blora selama ini, Mas Arief bergantung dengan amanah dari masyarakat, memanfaatkan relasi yang ada, tak pernah kenal lelah terus menyisir celah-celah yang ada, dan terakhir selalu menyertakan  kepasrahan diri dan kepercayaan pada Yang Maha Kuasa.

Pekerjaan rumah untuk Bupati saat ini masih banyak, untuk itu,  sekedar suport jangan pernah berhenti dalam mengupayakan kemakmuran warga Blora.

Sepakat bahwa Blora itu mayoritas warganya sebagai petani, separo wilayahnya hutan,  sehingga terpetakan, kalau bicara masalah potensi Blora itu ya di bidang pertanian, holtikultura, dan peternakan.

Sebagai penghasil jagung terbesar kedua di Jawa Tengah,  dan populasi sapinya  terbesar di Jawa Tengah, yakin hampir ada 280.000 ekor, persoalan menjadi jelas. Kenapa tidak, ke depan, Blora akan berhasil mentargetkan sebagai daerah penghasil sektor pangan.

Mengembangkan sektor pertanian berbasis organik tentu akan terbuka lebar, karena kesempatan mengkolaborasikan potensi peternakan menjadi mata rantai menghasilkan pupuk organik menjadi sebuah keniscayaan.

Warga Blora, meski tidak seluruhnya, maghfum jika di awal pemerintahan Arief – Tri Yuli, kondisi infrastruktur Blora mlenyek. Kendala utama yang ada di Blora waktu itu memang di persoalan itu.

Sehingga sangat pas jika Arief Rohman mengusung tagline dalan alus banyune lancar terus dalam pemerintahannya. Dan kini masuk tahun ketiga kepemimpinannya,  politikus dari PKB itu mencoba mewujudkan itu.

Seluruh potensi dilakukan untuk membangun infrastruktur di Blora. Mulai dari pinjaman, APBN P, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Terhitung hingga saat ini tak kurang sudah  Rp 600 Miliar digelontorkan untuk membangun jalan. Semua itu untuk membangun jalan menjadi lebih baik sepanjang  250 Km.

Harapannya, ke depan memprioritaskan pembangunan infrastruktur harus dilanjutkan. Karena menjadi keniscayaan,  dengan infrastruktur baik, sektor lain akan bergerak.  Termasuk potensi UKM akan akan tumbuh.

Tetap on the track. Untuk membangun Blora harus kolaborasi memanfaatkan potensi yang ada. Karena selama ini hal itu sudah terbukti hasilnya. Memanfaatkan diaspora yang sukses, seperti Wakapolri dan Kadiv Propam dan sejumlah diaspora lainnya benar-benar jurus ampuh untuk membangun Blora.

Dan hal itu sebagai bukti nyata manifestasi semboyan Sesarengan mBangun Blora Berkelanjutan. Karena sejatinya untuk membangun Blora tidak bisa sendirian.  Semoga yang tersemogakan. ***

Tinggalkan Balasan