Manuver Durmagati Jelang Pilkada Amarta

oleh -367 Dilihat
oleh
Durmagati : Istimewa
Ucapan pelantikan Dewan

Oleh : Daryanto

” DURMAGATI bermanuver sikap menjelang Pilkada Amarta. Dia mengkritik pedas di ruang publik, mulai kebijakan memberi kursi empuk kepada sosok wayang yang jelas memusuhinya, soal wacana sosok yang akan dijadikan pasangan Yudhistira di Pilkada Amarta. Termasuk mengkritik sejumlah kebijakan dari anak buah Yudhistira yang dikhawatirkan jelas-jelas akan merugikan Yudistira yang mempunyai nama lain Puntadewa, Gunatalikrama, atau Samiaji itu. ”

Bupati Blora

ANAK Destarastra dengan Dewi Gandari, Durmagati, yang notabene berasal dari kalangan Kurawa, belakangan ini, jelang Pilkada di Amarta, menyelinap ke Pandawa, dan menunjukkan begitu rasa sayangnya kepada Raja Amarta, Yudhistira. Modal yang dimiliki untuk menyayangi Yudhistira juga komplit, karena sejatinya dia memang mempunyai perwatakan lucu, acuh tak acuh, serta banyak akal dan pandai bicara. Satu lagi, Ia juga mahir dalam olah keprajuritan.

Salah satu manuver ( demi kebaikan ) yang dilakukan Durmagati adalah, mengkritik Yudhistira di ruang publik tentang berbagai kebijakan Yudhistira, yang menurutnya cukup reskan dan bisa mempengaruhi kredibilitas maupun elektabilitas Yudhistira menjelang Pilkada di Amarta.

Mulai kebijakan memberi kursi empuk kepada sosok wayang yang jelas memusuhinya, soal wacana sosok yang akan dijadikan pasangan Yudhistira di Pilkada Amarta, termasuk sejumlah kebijakan dari anak buah Yudhistira yang dikhawatirkan jelas-jelas akan merugikan Yudistira yang mempunyai nama lain Puntadewa, Gunatalikrama, atau Samiaji itu.

Bagong, sosok punakawan yang notabene berada di kubu Pandawa, curiga dengan ulah Durmagati itu. Dan bahkan anak Semar ini nekad menghadap ke Kresna untuk memberi masukan soal perlunya mewaspadai ulah Durmagati.

”Ini maaf beribu-ribu maaf Sang Kresna, jangan-jangan Durmagati memang sengaja menggodog isu jelang Pilkada Amarta. Nawaitunya ingin merongrong elektabilitas Ndara Yudhistira?” Begitu ungkapan Bagong ketika sowan ke Kresna.

”Orang kok suudzon terus kamu itu Gong ! Dilihat dulu materi masukannya apa, sehingga tidak main suudzon. Jalmo tan kena kinira. Siapa tahu Durmagati meski dari kalangan Kurawa itu sak dermo mengingatkan bendaramu Yudhistira supaya jangan terlena.”

” Ah bulsyit. Mosok orang jelas-jelas di pihak Kurawa kok mau rewang ke Ndara Yudhistira (Pandawa). Pokoknya saya akan curiga terus dengan apa yang sedang dikoar-koarkan Durmogati. ”

”Ini wayang milenial lho Gong. Jangan samakan dengan cerita wayang jaman bahula. Kamu jangan buruk sangka ah…,” sergah Kresna,

Selanjutnya, dua sosok wayang itu, Bagong maupun Kresna sama-sama terdiam. Dibalik diam itu, lamunan Kresna terbang dengan kejadian-kejadian yang telah berlalu, saat Yudistira menjadi raja di Amarta periode pertama. Kadangkala orang-orang yang hanya sendiko dawuh demi kepentingan pribadi atau kelompoknya, misalnya soal jabatan, proyek dan lain-lain lebih diperhatikan.

Sebaliknya, masukan dari orang-orang yang memang loyal (tidak dipersoalan materi), hanya didiamkan dan seolah dianggap angin lalu. Dianggap tidak penting . Dan ini yang dikhawatirkan Kresna, jangan-jangan Yudhistira kini telah dihinggapi sifat sombong dan congkak. Lebih kerennya melupakan Jasmerah.

” Sebenarnya apa sih Gong yang dilakukan Durmagati sehingga memantik kecurigaanmu?” tanya Kresna memecah kebisuan.

” Banyak Bos. Durmagati sering berkoar-koar tentang seabrek kebijakan Ndara Yudhistira. Mulai dari kebijakan di lingkungan guru-guru P3K, memberi kursi empuk kepada wayang yang jelas-jelas memusuhi Yudhistira dan banyak lagi. Termasuk menyoroti sosok yang akan digandeng Ndara Yudhistira di Pilkada nanti. Terus terang saya curiga, jangan-jangan apa yang dilakukan Durmagati, karena faktor iri, supaya diperhatikan dan untuk bargaining. Bahkan ekstrimnya ingin membuat Prabu Yudhistira gamang ? ”

”Jangan keburu curiga dulu. Apa masukan Durmagati di soal guru-guru P3K di Amarta, Gong. Kok persoalan menjadi melebar kemana-mana ? ”

”Itu soal memberlakukan para guru P3K di Amarta tidak libur, sementara di negara lain libur, disaat musim liburan menjelang tahun ajaran baru ?”

Baca Juga :  Ketika Ustadz Semar Berdakwah

Begini lho, Kresna mulai paham apa yang dimaksudkan Bagong yang menaruh curiga terhadap Durmagati. Dikatakan, jangan apriori dengan Durmagati yang konon menurut cerita wayang pakem harus tewas di perang Baratayudha akibat terkena hantaman Gada Rujakpala milik Werkudara.

Satu persatu Kresna lantas menjelaskan apa yang dimaksud Durmagati memang benar-benar tulus ikhlas demi kebaikan, kelancaran Yudhistira di Pilkada nanti. Soal kenapa Yudhistira memberi tempat jabatan kepada sosok wayang yang jelas-jelas memusuhinya, dijelaskan bahwa itu sifatnya kondisional.

Dikatakan, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Bagong dan kawan-kawan yang selama ini loyal terhadap tampuk pimpinan Amarta, Yudhistira semata-mata dihadapkan situasi yang tidak mengenakan. Salah satunya untuk mengakomodasi sosok yang terkenal rese itu agar diberi tempat demi situasi kondusif.

Sesuai penjelasan Yudhistira, bahwa ada kisi-kisi tertentu yang diberikan sosok penikmat jabatan itu, bahwa nantinya tetap akan ada evaluasi. ”Meski sulit untuk diterima, tolong Gong diberikan pemahaman kepada rekan-rekanmu, untuk sementara supaya bisa menahan diri. Tentu tanpa meninggalkan kewaspadaan.”

” Akan saya upayakan, hanya sebelumnya mohon maaf jika ada rekan-rekan saya sesama Punakawan yang tetap tidak menerimakan. Orientasinya bukan masalah iri, melainkan apa yang dilakukan sosok wayang rese itu sudah keterlaluan,” jawab Bagong dengan nada yang tetap ketus.

”Baiklah kalau begitu. Berat memang, hanya semua ini demi Yudhistira,” Kresna menimpali, sembari meneruskan penjelasannya. Dikemukakan, kalau ada yang mempertanyakan siapa sosok yang akan digandeng Yudhistira di Pilkada, kritik yang diberikan Durmagati semata-mata hanya mengingatkan. Artinya, semua rembugan harus diselesaikan di depan.

Jangan sampai di kemudian hari menimbulkan kejadian seperti lagu duetnya Broery dan Dewi Yul – “Jangan Ada Dusta Diantara Kita”. Akibat rembugan tentang soal kewenangan, kebijakan dan lain-lain tidak dilakukan di depan, nantinya tentu akan ada dusta diantara keduanya. Dan, jika sampai Ada Dusta Diantara Keduanya, tentu yang kena dampak adalah kemajuan Amarta sendiri.

Debat Sengit

Karena ada WA mendadak dari teman sesama Punakawan, di tengah-tengah Prabu Kresna memberi penjelasan, Bagong mendadak pamitan. Dia berjanji sekitar sepekan kemudian minta waktu kepada Kresna untuk menghadap dengan keperluan diskusi lebih lanjut tentang kondisi Amarta. Dan Kresna pun mempersilahkan.

Tak puas dengan penjelasan Kresna, Bagong pun menuju ke Karang Kadempel menjemput dua rekannya, Petruk dan Gareng untuk kemudian meluncur menemui Durmagati. Tidak harus menunggu ganti hari, ketiganya, Bagong, Petruk dan Gareng segera menemui Durmagati. Hingga akhirnya terjadi debat sengit antara Bagong Cs dan Durmagati.

Dengan suka cita, Durmagati yang memang berwatak lucu serta banyak akal dan pandai bicara itu, mempersilahkan kedatangan Bagong, Petruk dan Bagong itu.

” Monggo-monggo Cak. Kon-kon ki wis suwe tak kangeni Cak, akan tetapi odhak pernah datang-datang. Kok njanur gunung ana keperluan apa iki Cak,” Durmagati membagikan dengan dialek Suroboyoan. ” Sampeyan kabeh rak podho sehat kabeh ta?”

Bagong yang menjadi juru bicara perwakilan Punakawan menanggapi dengan dingin. To the point, sosok yang mempunyai nama lain Bawor itu langsung mempertanyakan, kenapa akhir-akhir ini mengkritik keras atas kebijakan Bos Yudhistira. Dikemukakan, apakah kritik keras itu dimaksudkan untuk mengganggu konsentrasi Prabu Yudhistira dalam menghadapi kontestasi Pilkada di Amarta.

” Lho, kon ojo salah tompo, Cak Gong. Nek awak iki ngritik keras iku semata-mata demi keselamatan Bos kamu, Prabu Yudhistira,” jawab Durmagati.

”Maksudnya ?”

Begini, Durmagati dengan kepiawaiannya berbicara satu persatu menjelaskan kritik pedas yang ditujukan kepada Prabu Yudhistira. Dikatakan, bahwa dirinya mengkritik Yudhistira yang memberi tempat jabatan kepada sosok wayang yang jelas-jelas memusuhinya, karena ikut merasakan sakit hati Raja Amarta ketika diserang sosok wayang yang selama ini menjelek-jelekan dengan kausa kata yang sudah diatas ambang batas.

Baca Juga :  Ketika Semar dan Togog Debat Soal “ Kemaruk “

Menurut Durmagati, dengan memberi kursi empuk kepada sosok wayang yang terkenal rese itu, tentu akan melukai perasaan pengikut-pengikut Yudhistira yang selama ini loyal tanpa embel-embel mendapatkan proyek atau jabatan tertentu. ” Maksud saya baik, Gong. Saya tidak menerimakan Yudhistira, dibegitukan. Belum lagi nanti akan menjadi preseden buruk kedepannya di Amarta !”

” Soal sosok yang akan digandeng Bos Saya Yudhistira dalam Pilkada, kenapa dirimu juga bawel. Ini khan urusan Pandhawa, dirimu orang Kurawa, jangan-jangan kamu iri atau sengaja ingin membuat suasana gaduh,” sergah Bagong dengan nada tinggi.

”Sebentar,” jawab Durmagati sambil mengatakan supaya Bagong tidak terbawa emosi. Dikemukakan, alasan kenapa dirinya ikut menilai siapa yang akan dijadikan pasangan Yudhistira di Pilkada Amarta nanti, semata-mata agar semuanya dibicarakan di awal. Tujuannya, jangan sampai setelah nanti memang di Pilkada lantas terjadi congkrah karena hal-hal yang sepele.

Dikatakan, kritik yang dilakukan kepada Yudhistira itu semata-mata hanya mengingatkan. Artinya, semua rembugan harus diselesaikan di depan. Jangan sampai di kemudian hari menimbulkan kejadian seperti lagu duetnya Broery dan Dewi Yul – “Jangan Ada Dusta Diantara Kita”. ”

Akibat rembugan tentang soal kewenangan, kebijakan dan lain-lain itu tidak dilakukan di depan, nantinya tentu akan Ada Dusta diantara keduanya. Dan, jika sampai Ada Dusta Diantara Keduanya, tentu yang kena dampak adalah kemajuan Amarta sendiri.

” Kalimatmu kok seperti yang dikatakan Prabu Kresna, jangan-jangan kamu kongkalikong dengan beliau, Dur..Durmagati?” Bagong menyela.

” Demi Allah, saya tidak pernah komunikasi dengan Bendaramu Prabu Kresna. Kalau masih tidak percaya, berani Sumpah Janjang bagaimana,” tantand Durmagati.

Dalam hati Bagong ingin tertawa atas tantangan Durmagati yang mengajak Sumpah Janjang. ”Kamu itu lho, dunia wayang kon mengenal sumpah Janjang. Lha itu Dur, soal kamu mengkritik kebijakan Ndara Yudhistira tentang membuat aturan selama libus jelang tahun ajaran baru sekolah di Amarta, khusus guru-guru yang P3K tidak libur. Kamu infokan sementara guru-guru P3K di negara lain libur ?”

” Oooo, masalah kritik itu to, Gong ?” Dikatakan Durmagati, dirinya tidak yakin jika kebijakan itu datangnya dari Yudhistira, melainkan dari staf-stafnya. Atas kebijakan itu, Durmagati khawatir jangan-jangan nantinya digodhog oleh kamar sebelah, sehingga para guru-guru P3K di Amarta memusuhi Raja Yudhistira. ”Kalau sampai begini khan berabe, tentu akan mempengaruhi kredibilitas Bendaramu di Amarta. Jumlah guru P3K di Amarta tidak sedikit lho Gong, ribuan. Kalau sampai nanti terpengaruh, mereka ajak sanak keluarga dan tetangganya, bagaimana ? ”

” Lha terus sebaiknya saya harus bagaimana Dur?”

”Kalau perlu kamu dan rekan sesama Punakawan segera menghadap Raja Yudhistira, berdiskusi, berikan saran. Pesan saya harus dengan bahasa yang sopan, dan yang terpenting memberikan solusi?” Durmagati menasehati.

Maksud hati ingin melabrak Durmagati, setelah mendapat penjelasan panjang lebar dari salah satu tokoh kaum Kurawa itu, Bagong Cs akhirnya luluh dan berpamitan. Tidak lupa sebelum berpamitan ketiganya, Bagong, Petruk dan Gareng mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Durmagati. ***

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.