Lestarikan Nilai-nilai Ajaran Sedulur Sikep, Blora Gelar Festival Budaya Spiritual

oleh -183 Dilihat
oleh
Illustrasi : dok
Ucapan pelantikan Dewan

” BERBAGAI kegiatan akan mewarnai Festival Budaya Spiritual Kabupaten Blora 2024 tersebut. Diantaranya Gelar Seni Pertunjukan Rakyat (Gesper), Sarasehan, Pentas teater Sangkan Paraning Dumadi dan Rembug Sedulur Sikep, “Ngukuhi Wonge, Nutugne Babadane. ”

BLORA, topdetiknews.com – Dalam rangka melestarikan nilai-nilai ajaran Samin serta mempromosikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat luas, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kemendikbudristek RI bekerjasama dengan Pemkab Blora akan gelar Festival Budaya Spiritual selama tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 8 – 10 Juli 2024 mendatang.

Bupati Blora

Berbagai kegiatan akan mewarnai Festival Budaya Spiritual Kabupaten Blora 2024 tersebut. Diantaranya Gelar Seni Pertunjukan Rakyat (Gesper), Sarasehan, Pentas teater Sangkan Paraning Dumadi dan Rembug Sedulur Sikep, “Ngukuhi Wonge, Nutugne Babadane.”

Gelar Seni Pertunjukan Rakyat menjadi judul acara sekaligus pembuka kegiatan, akan ditampilkan berbagai seni tradisi seperti tayub/ ledek barangan, wayang krucil, barongan lodra dan jedoran. Empat jenis kesenian tersebut dipilih karena merupakan kesenian yang lekat dengan budaya spiritual di masyarakat Blora.

Pagelaran wayang krucil menjadi bagian pembuka dengan lakon epiknya yaitu “Samin Surosentika” dengan penyaji dari Sanggar Seni Cahya Sumirat Dukuh Pangkat, Desa Purwosari, Kecamatan Blora, dengan dalang Ki Nuryanto. Acara akan digelar di Alun-Alun Blora dan terbuka untuk umum.

Rangkaian kegiatan Festival Spiritual Budaya berikutnya adalah Sarasehan dengan mengangkat tema ‘Laku Sikep dan Relevansinya di Era Kekinian’, akan diselenggarakan Selasa (9/7/24), di Pendopo Kabupaten Blora. Hadir diantaranya, Direktur Kepercayaan & Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi, sebagai keynote speaker, narasumber budayawan Romo Sindhunata, Dr. Amrih Widodo, peneliti dan akademisi dari Australian National University (ANU). Sosok Amrih dikenal telah banyak melakukan penelitian tentang Samin. Termasuk dua remaja Sedulur Sikep, yakni Bagus Widianto dan Anggit Pratiwi juga akan hadir.

Malam harinya pada hari yang sama, akan digelar pentas teatrikal bertajuk ‘Sangkan Paraning Dumadi’ di Taman Tirtonadi Blora. Pertunjukan tari teatrikal ini menyampaikan pesan-pesan kearifan hidup Masyarakat Jawa. Melalui sebelas metrum macapat yang menggambarkan siklus hidup manusia.

Dalam budaya Jawa, sebelas pola metrum macapat berupa Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh dan Pucung. Tembang-tembang ini tak sekadar merupakan sekar alit, melainkan juga dipahami secara filosofis sebagai suatu perlambang perjalanan manusia dari dan menuju Tuhan. Ini bagian dari kawruh mengenai sangkan paraning dumadi.

Baca Juga :  Jokowi Berharap Keberadaan Bandara Ngloram dapat Mempercepat Aktivitas Ekonomi Masyarakat

Rangkaian perjalanan hidup manusia tersebut dikemas menjadi suatu pertunjukan tari teatrikal dengan judul “Sangkan Paraning Dumadi” ini sebagai upaya untuk menyampaikan pesan-pesan kearifan hidup masyarakat Jawa, senyampang dengan tuntunan hidup manusia agar senantiasa berlaku hamemayu hayuning bawana.

Rangkaian acara di Festival Budaya Spiritual Kabupaten Blora 2024 berikutnya, Rembug Samin “Ngukuhi Wonge, Nutugne Babadane”, yang akan digelar di Pendopo Pengayoman Ploso Kediren, Kecamatan Randublatung, Rabu (10/7/2024. Rembug Samin ini merupakan sebuah forum dialog antar sesulur sikep membahas sejarah dan tatanan laku Sedulur Sikep.

Di Forum Rembug Samin “Ngukuhi Wonge, Nutugne Babadane” ini, akan dihadiri oleh Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME & Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI Sjamsul Hadi, S.H, serta sejumlah Bupati dari beberapa daerah. Diantaranya Bupati Blora, Bojonegoro, Rembang, Kudus, Pati. Para Bupati ini akan menyatakan dukungan dan jaminan negara atas keberadaan dan praktik spiritual Samin di daerah tersebut.

Memperteguh Eksistensi

Sjamsul Hadi menyampaikan, Festival Budaya Spiritual yang akan digelar di Blora itu sebagai bentuk dari upaya dari Kementerian dan Pemkab Blora untuk memperteguh eksistensi masyarakat adat Samin Surosentiko yang ada di Blora.

Dikemukakan, Sedulur Sikep menjunjung tinggi nilai-nilai luhur untuk memuliakan hubungan antar manusia dan menjalin hubungan baik dengan alam. Nilai-nilai tersebut sangat relevan dengan kehidupan masa kini, sehingga nilai hidup yang dilakoni Sedulur Sikep tersebut patut dipertahankan. Hal ini diperkuat dengan penetapan kearifan lokal Sedulur Sikep sebagai warisan budaya tak benda yang diakui Kemendikbud pada 2019.

” Untuk itu sinergi antara kementerian dan pemerintah daerah untuk terus bergandeng tangan dan membuka ruang-ruang diskusi antara para pemangku kepentingan, komunitas Sedulur Sikep dan masyarakat luas yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan dalam Festival seperti ini menjadi penting,” papar Sjamsul.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat adat Sedulur Sikep, Gunretno menyebutkan, silaturahmi Sedulur Sikep ini merupakan sebuah momen penting. “Silaturahmi sedulur ini penting. Ini momen penting untuk merawat kembali ajaran Mbah Suro. Kami memegang teguh ajaran tidak menggunakan kekerasan untuk menunjukkan protes. Spiritualitas Sikep adalah tatanan dan tuntunan perilaku untuk ‘nguwongke’ atau memuliakan manusia. Bagi Sedulur Sikep, meneruskan tatanan Sikep juga bermakna meneruskan babad yang telah dimulai oleh Samin Surosentiko,” jelasnya.

Baca Juga :  Menuju Layanan  di RSUD Soetijono Yang Mengidola

Ia menyebutkan, rangkaian acara yang berlangsung di Ploso Kediren nantinya akan ditutup dengan acara Mapag Mbah Samin, sebuah prosesi menyambut bulan Suro dan Mbah Suro dengan berhening bersama, dimulai pada pukul 00.00 WIB.

Terpisah, Eggy Yunaedy Kurator Festival Budaya Spiritual 2024 menyebutkan, Sarasehan dan Rembug Samin ini merupakan kelanjutan dari kegiatan Temu Ageng Sedulur Sikep yang digelar oleh Kemendikbudristek RI bekerjasama dengan Pemkab Blora pada tahun 2019.

Dikemukakan, pada saat itu lebih kurang 300 penganut ajaran Samin Surosentiko berkumpul di Pendopo Sedulur Sikep Blimbing, Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Mereka datang dari berbagai wilayah seperti Kudus, Pati, Rembang, Bojonegoro, dan Blora. Disebutkannya, bahwa pertemuan tersebut merupakan pertemuan Sedulur Sikap terbesar selama 100 tahun terakhir.

“Forum tersebut diselenggarakan untuk merekatkan silaturahmi sekaligus menyamakan persepsi tatkala ada ajaran-ajaran yang berbeda di tiap wilayah. Pada saat itu, para penganut Samin berkomitmen untuk lebih sering bertemu, dan momen pada Festival tahun ini adalah untuk meneguhkan kembali silaturahmi tersebut, sekaligus untuk mengajak publik lebih memahami ajaran Mbah Suro, yang sebenarnya masih sangat relevan dengan konteks era modernisasi,” ungkap Eggy.

Ditambahkan, bahwa kegiatan ini juga bertujuan untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang Sedulur Sikep Samin kepada masyarakat luas sehingga tidak ada lagi stigma-stigma negatif terhadap Sedulur Sikep di masa mendatang.
“Selain itu, untuk memperkuat identitas budaya lokal Sedulur Sikep Samin serta memperkuat solidaritas dan kebersamaan antara penganut Sedulur Sikep. Dengan memperkuat rasa kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, penganut Saminisme dapat terus menjaga keberlanjutan dan relevansi nilai-nilai tradisional dalam konteks zaman modern,” pungkas Eggy. ***

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.