Ki Jliteng Sasmito pun Sampai Muntah Darah, Saat Lakonkan Wibisana “Mblejeti” Borok Rahwana

oleh -201 Dilihat
oleh
Illustrasi : Istimewa

Oleh : Ki Daryanto

” SUDAH selayaknya Gunawan Wibisono disisi kebenaran, karena rela tinggalkan Alengka dan hijrah ke Ayodya lalu berjihad membela kebenaran Sri Rama. Ia tanpa ragu sedikitpun membocorkan kelicikan Rahwana hingga kemenangan akhirnya berpihak pada Ayodya. ”

AH dalang yang satu ini, Ki Jliteng Sasmito, lagi-lagi membuat heboh netizen saat memperagakan lakon Wibisono “mblejeti” borok Rahwana, yang sebenarnya pernah menjadi “saudara” separtai sendiri. Betapa tidak, saking menjiwainya kegeraman Wibisono atas kelicikan Rahwana, dia sampai muntah darah.

Ambulan pun harus mengangkutnya ke IGD rumah sakit terdekat tempat ia manggung. Beruntung, nyawanya terselamatkan. Muntah darah yang diakibatkan tensi darah Ki Jliteng naik tinggi itu, bisa diatasi oleh dokter.

” Sudah selayaknya Wibisono disisi kebenaran, karena rela tinggalkan Alengka dan hijrah ke Ayodya lalu berjihad membela kebenaran Rama. Ia tanpa ragu sedikitpun membocorkan kelicikan Rahwana hingga kemenangan akhirnya berpihak pada Ayodya,” teriak Ki Jliteng saat siuman.

Sontak, para orang yang menunggui di IGD sempat tegang, takut jika Ki Jliteng harus muntah kedua kalinya, tentu akan membahayakan nyawanya.

Ini detik-detik Ki Jliteng begitu ikut emosi dan bahkan sampai muntah darah saat menggelar lakon “Wibisono Blejet”, di sebuah acara syukuran sohibnya. Ki Jliteng sadar bahwa pertunjukannya di live streaming, sehingga harus totalitas saat manggung.

Karena wayang milenial, seteru antara Wibisono dan Rahwana bukan soal penculikan Dewi Sinta seperti di wayang pakem. Melainkan seteru itu disebabkan soal perebutan tahta di Ayodya, yang merupakan ibukota Kerajaan Kosala.

Sebagai anak Dasarata (Raja Ayodya), Prabu Rama ikut dalam kontestasi. Yang agak aneh, meski sebetulnya juga nggak aneh – karena Wayang Milenial, Rahwana ikut dalam kontestasi di perbuatan Raja Ayodya itu.

Di adegan awal, Ki Jliteng membeber sebuah parepatan agung yang dihadiri banyak loyalis Prabu Rama. Wibisono yang diberi waktu untuk menyampaikan uneg-unegnya, langsung mblejeti borok (membuka aib) Rahwana. Semua itu dilakukan, menyusul kelakuan Rahwana yang sok suci, merasa dirinya benar terkait perebutan tahta di Ayodya.

Baca Juga :  Datan Susah Lamun Nembe Kena Garap

” Begini ya, saudara-saudara. Menjelang perebutan tahta di Ayodya ini kok perang di medsos begitu luar biasa. Tapi rasa-rasanya di medsos kamar sebelah yang digaung-gaungkan tidak seperti kenyataannya,” ungkap Wibisono mengawali orasinya.

Berikutnya, Ki Jliteng memposisikan Wibisono yang semula duduk langsung berdiri. ”Saya minta apa yang saya katakan ini di vidio, biar nanti tak viralkan dan semua orang di Ayodya ini tahu siapa sebenarnya sosok Rahwana yang sebenarnya.”

Karena masih saudara kandung Rahwana, Wibisana menyatakan dirinya paham betul soal bagaimana tabiat kakaknya itu. Dan penonton pun, baik yang hadir secara luring maupun yang menonton secara live, teringat, di cerita wayang lama, bahwa, karena membela kebenaran, Wibisana menyeberang ke Ayodya.

Wibisono yang mempunyai nama lengkap Gunawan Kunta wibisana itu, banyak berjasa membocorkan kelemahan Rahwana.

Apa Jasanya

Lebih lanjut Wibisono mengatakan, karena masih saudara kandung, darah dan jiwanya paham betul dengan track record Rahwana saat masih kumpul satu rumah. ” Selama ini apa sih yang telah diperbuat Rahwana untuk Ayodya, kok tiba-tiba ingin menjadi pemimpin di Ayodya.”

Wibisana mempersilahkan kepada para peserta parepatan agung, untuk menanyakan langsung kepada para pengurus organisasi yang dipimpin oleh Rahwana, mulai dari Ranting, Cabang. Selama ini mereka-mereka pernah diberi aspirasi apa. ” Masih lumayan saya, meski sudah menyeberang, masih sering nraktir para pengurus organisasi lama. Sekali lagi, coba apa yang pernah diperbuat Rahwana untuk Ayodya,” tandasnya.

Sontak para peserta parepatan agung tepuk tangan riuh. Ki Jliteng Sasmito semakin bersemangat membawakan kemarahan Wibisono. Tangannya nuding-nuding dan mengatakan, ”Jangan sok suci. Kalau ingin jadi pemimpin jangan bermodal fitnah,” tandasnya.

Sampai disini, tiba-tiba Ki Jliteng tersungkur dan muntah darah. Dan ambulan pun mengangkutnya ke IGD rumah sakit terdekat tempat ia manggung. Beruntung, nyawanya terselamatkan. Muntah darah yang diakibatkan tensi darah Ki Jliteng naik tinggi itu, bisa diatasi oleh dokter.

Baca Juga :  Punakawan Dadu

Setelah siuman, Ki Jliteng, kembali diboyong ke pagelaran wayang, dan lakon “Wibisono Blejet” kembali dilanjutkan. Kali ini, Ki Jliteng tidak lagi berapi-api dalam berdrama “Wibisono Blejet”.

Bahkan dia sempat memunculkan tarian wayang golek. Hal itu dilakukan sebagai filosofi agar para penonton bisa “nggoleki” (mencari) hikmah cerita yang dibawakan dalam panggung kehidupan nyata.

Dengan bijaksana, melalui mulut wayang Wibisono, Ki Jliteng yang mengaku produk dari pesantren, mengingatkan dawuh Kyai dalam mencari pemimpin.

Menurutnya, untuk mencari pemimpin hendaknya mengutamakan yang sudah memberi bukti daripada yang baru memberi janji. Harus mempertahankan hal baik yang sudah ada, sambil mengharap ada hal baru yang lebih baik (al muhafadhotu ‘ala al qadimis Solih wal Akhdhu bi al jadidi al ashlah ).

Hanya, lanjut Ki Jliteng, masing menggunakan mulut Wibisono, kalau tidak ada jaminan bahwa yang baru itu akan lebih baik, maka menjadi keharusan mengutamakan dan mempertahankan hal lama yang jelas sudah baik. Termasuk, mengambil kaidah Muttashil, artinya kesinambungan itu lebih baik daripada mulai dari baru. ”Pokoknya mari mengutamakan yang sudah memberi bukti daripada yang baru masih sebatas janji,” tandasnya. Dan pertunjukan berakhir. (Tancep Kayon)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.