Ketika Bagong Jadi Pengamat Politik

oleh -166 Dilihat
oleh
Illustrasi : Istimewa
Ucapan pelantikan Dewan

Oleh : Daryanto

” MENURUT Bagong, yang perlu di bahas saat ini, menjelang Pilkada Amarta, adalah bagaimana memberi treatment kepada Raja di Amarta pasca Pilkada, yakni agar selalu rukun dengan Wakil Raja selama menjalankan roda pemerintahan nantinya. Diingatkan, sejarah membuktikan, manakala Raja dan Wakil Raja tidak rukun, secara diam-diam bermusuhan, yang menjadi korban adalah para rakyat wayang. Tidak hanya itu, program atau visi-misi yang dijanjikan tidak bakal terealisasi. ”

Bupati Blora

LAGI- LAGI Bagong menjadi tokoh wayang fenomenal jelang Pilkada di Amarta. Suatu saat macak jadi Dukun, dan meramal kira-kira apa yang terjadi di Pilkada Amarta. Kali ini, anak Bungsu dari Semar itu, yang selama ini dikenal sebagai figur yang mampu memberi kritik serta pesan moral, tiba-tiba macak sebagai Pengamat Politik.

Keruan saja, profesi baru itu mengundang para wartawan memburu Bagong untuk mewawancarainya. Tak ada dalih untuk endho, Bagong akhirnya menjadwalkan jumpa pers dengan sejumlah wartawan yang bekerja di sejumlah media di lingkungan Kerajaan Amarta.

” Pak Profesor Bagong, melihat fenomena yang ada, kira-kira Pilkada di Amarta nantinya apakah hanya diikuti calon tunggal atau akan muncul calon lain yang bakal berkontestasi dengan Petahana ?” tanya Bilung Rochmat, seorang wayang wartawan dari sebuah media yang setengah mainstream di Amarta.

” Kalau menurut saya, bisa jadi calon tunggal atau paling tidak ada dua pasang calon. Kalau ditanya alasannya, menurut saya nada-nadanya ada Parpol yang menjadi runner up di Pileg kemarin akan mengusung pasangan. Khan tinggal berkoalisi dengan salah satu Parpol di Amarta yang memperoleh satu kursi sudah bisa mengusung pasangan calon. Tapi kalian para wartawan mbok sedikit jeli dalam membuat rencana wawancara untuk sebuah tulisan yang kira-kira bisa kemedol,” jawab Bagong.

Sontak membuat para wayang wartawan penasaran dengan pernyataan Bagong soal wartawan diminta sedikit jeli dalam membuat sebuah rencana wawancara sehingga akan menghasilkan sebuah tulisan yang kemedol. Meski dalam hati membenarkan apa yang dikemukakan Bagong, karena sejatinya membahas Pilkada di Amarta sangat tidak menarik.

” Wah Profesor Bagong keren. kira-apa apa ini Prof bahan yang menarik terkait Pilkada Amarta,” tanya Andian Sorowito, yang juga seorang wartawan dari sebuah media mainstream di Amarta.

” Nek boleh saya usul, bagaimana memberi treatment kepada Raja di Amarta agar selalu rukun dengan Wakil Raja selama menjalankan roda pemerintahan nantinya. Ingat lho, sejarah membuktikan, manakala Raja dan Wakil Raja tidak rukun, secara diam-diam bermusuhan, yang menjadi korban adalah para rakyat wayang. Tidak hanya itu, program atau visi-misi yang dijanjikan tidak bakal terealisasi. ”

Tidak hanya itu, Bagong tampak berapi-api dalam memberi penjelasan, Biasanya momen ketidak rukunan Raja dan Wakilnya itu, akan digunakan oleh oknum, kelompok wayang yang demi keuntungan pribadi maupun kelompoknya, untuk terus mengomporinya.

Baca Juga :  Formasi Kursi DPRD Blora di Pileg 2024 Berubah Kah ?

” Kalau begitu menurut Prof Bagong, sebaiknya bagaimana treatment untuk menjaga keharmonisan antara Raja dan Wakil Raja, sehingga Amarta lima tahun kedepan kondusif, dan bisa mencapai kemajuan yang luar biasa,” tanya wartawan Andian Sorowito, mengejar.

Begini, Bagong mulai memberi pencerahan. Acap kali di sebuah negara, termasuk di Amarta, terjadi ketidak cocokan, bahkan “pisah ranjang” antara Raja dan Wakil Raja. Bahkan di Amarta sempat kemesraan antara Raja dan Wakil Raja itu hanya berlangsung tidak lebih umur jagung. ” Pakar-pakar yang nulis di beberapa media mainstream, istilah di kalangan milenial, kondisi seperti itu namanya Ghosting,” tandasnya. Penjelasan tentang Ghosting ini membuat para wayang wartawan tertawa. Mereka menilai ternyata Prof Bagong cukup gaul.

Menurut Bagong, istilah ghosting untuk mendeskripsikan putusnya hubungan ( bisa percintaan maupun kekuasaan ), antara dua orang. Kalau di ranah percintaan berarti antara dua orang kekasih, kalau di ranah kekuasaan antara Raja dan Wakil Raja). Penyebabnya banyak hal, salah satu diantaranya merasa sudah tidak ada ketidakcocokan sehingga tidak menemukan titik temu, hingga akhirnya menjadi “pisang ranjang”.

Dan jika kondisi itu dibiarkan berlarut-larut, menjadikan status hubungan kedua belah pihak itu menjadi tidak jelas. Tetap sepaket tidak, bubaran juga belum dinyatakan resmi. Yang muncul akan selalu terjadi PHP. Kemesraan, tekad seia sekata yang terjalin begitu indah, akhirnya menjadi konflik terbuka.

Akibat komunikasi yang tersumbat karena ada salah satu pihak memblock akses komunikasi menimbulkan sikap permusuhan. Persoalan yang seharusnya menjadi ranah pribadi berubah menjadi perang terbuka. Urusan pribadi menjadi konsumsi publik.

Banyak Sebab

Atas penjelasan itu, Andian Sorowito, wartawan dari sebuah media mainstream yang sudah lama bertugas di Amarta, menanyakan tentang penyebab itu semua. ” Kira-kira menurut Prof. Bagong, penyebabnya apa yang membuat Ghosting itu?” tanyanya.

” Banyak sebab, ” jawab Bagong. Dikemukakan, gesekan politik baik saat koalisi dibangun, kekompakkan saat kampanye hingga ketidakjelasan komitmen pembagian tugas pemerintahan usai terpilih, merupakan beberapa faktor terjadinya ghosting politik.

Wakil Raja merasa tidak dilibatkan, sementara Raja menganggap dirinya bisa mengerjakan sendiri tanpa kontribusi wakil Raja. Faktor-faktor penyebab konflik masa bulan madu politik biasanya berlangsung selama 6 bulan hingga setahun setelah kemenangan Pilkada. ” Di Amarta, bahkan ada yang hanya seumur jagung.”

Setelah itu, lanjut Bagong, biasanya riak-riak kecil mulai bermunculan. Penyebab utama ketidakharmonisan umumnya karena komunikasi yang tidak baik antara Raja dan Wakil Raja. Konflik kepentingan yang bermuara pada urusan fulus atau rejeki termasuk berkontribusi memperuncing konflik tersebut.

Parahnya, dibalik itu semua ada faktor kekurangpahaman atau bahkan sengaja mengaburkan tugas masing-masing. Raja menganggap Wakil Raja tidak bisa kerja maksimal. Sementara, Wakil Raja beranggapan justru Raja tidak memberi wewenang dan kepercayaan lebih kepada dirinya. Belum lagi, persoalan leadership antara Raja dan Wakil Raja yang njomplang.

Baca Juga :  Amunisi Rp 160 Miliar Untuk Bangun Jalan di Blora

” Soal tugas dan kewenangan khan sudah ada UU yang mengatur?” tanya Andian Sorowito

” Betul,” saut Bagong. Dikemukakan, merujuk Undang-Undang Nomor 123 tentang Kerajaan, Raja memiliki tugas diantaranya memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan kerajaan yang menjadi kewenangan kerajaan dan kebijakan yang ditetapkan bersama Dewan Perwakilan Kerajaan.

Jika duet kepemimpinan Kerajaan bertujuan sama, tentu semua pekerjaan akan dituntaskan bersama untuk kemaslahatan seluruh warga wayang. Menuntaskan janji kampanye dan melaksanakan visi misi yang telah dicanangkan saat maju di Pilkada. Perbedaan asal partai politik seharusnya tidak merenggangkan keharmonisan tetapi saling menguatkan untuk tujuan pelayanan kepada seluruh warga wayang yang lebih besar.

Keserakahan akan materi dan ingin menunjukkan siapa yang paling berkuasa dan terhormat harusnya ditanggalkan untuk tujuan yang lebih bermartabat. Yakni, memajukan Amarta, dan memakmurkan seluruh wayang yang ada di Amarta.

” Riilnya apa si Prof Bagong yang menyebabkan hubungan Raja dan Wakil Raja tidak harmonis? ” gantian wartawan Andian Sorowito bertanya.

” Banyak Hal,” jawab Bagong. Dikemukakan, bisa jadi antara keduanya Raja dan Wakil Raja sulit mengkomunikasikan keinginannya untuk mengakhiri hubungan, tidak mau berkomitmen, merasa tak nyaman dengan situasi yang sedang dialami. Termasuk terlalu sibuk.

” Lha terus solusinya bagaimana Prof, untuk memberi treatment kepada Calon Raja dan Wakil Raja di Amarta 5 tahun ke depan ? ” Andian mengejar dengan pertanyaan.

” Begini,” Bagong melanjutkan penjelasannya. Rembug atau bikin komitmen sejak awal pencalonan. Bahkan kalau perlu sebelum deklarasi, mengenai banyak hal. Misalnya tentang pembiayaan Pilkada bagaimana, pembagian tugas setelah menang Pilkada dan dilantik menjadi Raja dan Wakil Raja. Terpenting dari itu, antara Raja dan Wakil Raja harus Komitmen dengan apa yang sudah disepakati di awal Pilkada. ” Ok. teman-teman media, demikian dulu ya, nanti lain waktu disambung episodenya,” Bagong pun berpamitan. (dinukil dari berbagai sumber )

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.