” ‘OBEYING the rules, etiquette and promises made to Almighty God, as well as respecting the ancestors, is truly noble (Mematuhi aturan, tata krama, dan janji terhadap Tuhan yang Maha Kuasa, serta menghormati para leluhur, sungguh Mulia. ‘’
BLORA, topdetiknews.com – Ini cara Bupati Blora, H. Arief Rohman mengenang sejarah dan jasa para Bupati Blora Terdahulu di setiap peringatan hari jadi Blora. Yakni, dengan menziarahi makam, dan juga mendoakan para Bupati Blora terdahulu. Selain juga anjangsana ke Bupati Blora Sepuh.
Seperti dalam menyambut usia Kabupaten Blora yang ke -274 tahun 2023 ini. Bupati Arief Rohman mempunyai cara tersendiri untuk mengingat, mengenang, sejarah dan jasa para leluhur yang telah membangun Kabupaten Blora, hingga kini bisa menjadi daerah yang lebih maju.
Jumat (8/12/23), Bupati yang akrab dipanggil Mas Arief itu melangsungkan serangkaian ziarah di sejumlah lokasi makam Bupati Blora terdahulu. Diawali dari Makam Tirtonatan, Ngadipurwo, dilanjutkan ke Makam Sunan Pojok, lalu TPU Giri Mulyo Cepu, dan Makam Mbah Janjang di Jiken.
Tidak ketinggalan, Bupati juga bersilaturahmi atau anjangsana ke kediaman Bupati Blora sepuh, yakni RM Yudhi Sancoyo.
“Alhamdulillah ziarah leluhur Kabupaten Blora dalam rangka menyambut Hari Jadi ke 274 di Komplek Makam Tirtonatan Ngadipurwo pagi tadi berjalan lancar. Dengan mengenakan beskap landung tanpa keris, kami bersama Forkopimda menziarahi makam Bupati tempo dulu,” terang Bupati Arief
Rangkaian ziarah juga diikuti oleh Wakil Bupati Blora Tri Yuli Setyowati, ST, Forkopimda Blora, Kepala Kemenag Blora, Sekretaris Daerah, para kepala OPD, Camat hingga para Kades dan Lurah.
Selain ziarah di dalam daerah, lanjut Bupati Arief, ziarah ke makam Bupati luar daerah yang telah wafat juga dilaksanakan sebelumnya oleh jajaran pejabat Pemkab Blora. Seperti di Tuban, Semarang, Temanggung, Yogyakarta, dan Solo.
Di setiap lokasi ziarah, Bupati Arief dan rombongan melakukan pembacaan tahlil, doa, dan tabur bunga di pusara makam para leluhur dan Bupati yang sudah meninggal.
“Terimakasih atas seluruh dedikasi dan pengabdiannya selama memimpin dan membersamai pembangunan Blora semasa hidup. Semoga semuanya husnul khotimah,” ungkap Bupati mendoakan
Tokoh Penting
Salah satu lokasi ziarah adalah Makam Sunan Pojok. Sunan Pojok atau Pangeran Sedah merupakan salah satu leluhur Blora, panglima perangnya Sultan Agung Hanyokrokusumo (Sultan Mataram Islam, yang memerintah selama 32 tahun, 1613-1645 M).
Sebelum menetap di Blora, ia menjabat sebagai Adipati Tuban selama 42 tahun (1619-1661). Setelah turun tahta dari Adipati Tuban, ia memilih menetap di wilayah Blora untuk menyebarkan agama islam. Dimana saat itu Blora masih bagian Kadipaten Tuban.
Namun, karena lama kelamaan Blora semakin ramai, maka Sultan Mataram menjadikan Blora sebagai Kadipaten terpisah dengan Tuban (sebelum terbentuknya Kabupaten). Sunan Pojok pun tidak mau menjadi Adipati lagi, sehingga Mataram menjadikan Raden Tumenggung Joyodipo putra Sunan Pojok sebagai Adipati Blora pertama saat itu.
Bupati Arief mengungkapkan, bahwa Sunan Pojok, merupakan salah satu tokoh penting dalam terbentuknya Kabupaten Blora.
“Sunan Pojok dan Raden Tumenggung Joyodipo dimakamkan di selatan Alun-alun yang kini dikenal sebagai Makam Gedong Sunan Pojok. Jadi bisa dikatakan Sunan Pojok adalah salah satu pendiri cikal bakal Kabupaten Blora,” papar Bupati Arief.
Lanjutnya, baru pada 11 Desember 1749 Raden Tumenggung Wilatikta diangkat oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Mataram) sebagai Bupati Blora dan diyakini sebagai awal mula terbentuknya Kabupaten Blora.
“Tumenggung Wilatikta kini makamnya ada di Tuban, dan kemarin telah diziarahi juga oleh Pemkab,” tandasnya
Lokasi ziarah selanjutnya adalah makam Keluarga Tirtonatan di Desa Ngadipurwo, yang mana merupakan tempat pemakaman para Bupati Blora terdahulu.
Antara lain dimakamkan R. Tumenggung Djajeng Tirtonatan Bupati 1762-1782, R. Tumenggung Tirto Koesoemo Bupati 1782-1809, R. Tumenggung Arjo Mertonegoro Bupati 1809-1812, R. Tumenggung Prawirojoedo Bupati 1812-1823, R. Tumenggung Tirtonagoro Bupati 1823-1842, 1843-1847, R. Tjokronegoro I Bupati 1842 (hanya 5 bulan), R.T. Pandji Notowidjojo Bupati 1847-1857.
Lalu, R.M.A.A. Tjokronegoro II Bupati 1857-1885, R.M.A.A. Tjokronegoro III Bupati 1886-1912, R.M.A.A. Said Abdul Kadir Djaelani Bupati 1913-1926 (Bupati yang juga seorang Kyai). Selain itu juga terdapat makam Sayyid Idrus Al Jufri seorang penasehat Bupati Blora, Makam R.M. Sujud Kusumo Ningrat, R.M. Tejo Noto Kusumo Ningrat.
Ziarah juga dilakukan di TPU Giri Mulyo untuk ziarah ke makam almarhum Bupati Ir. H. Basuki Widodo (Bupati Blora 1999-2007). Selanjutnya, ziarah dilakukan di Makam Mbah Janjang (Jati Kusumo – Jati Sworo), Jiken. Keduanya merupakan putra pangeran Pajang sekaligus ulama penyebar agama yang pesareannya ada di atas bukit Desa Janjang, Kecamatan Jiken. ***
Reporter : Muji
Editor : Daryanto