” PADA tahun 2030 nanti, diprediksi Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi. Yakni, keuntungan yang diperoleh suatu negara karena tingginya penduduk usia produktif. Untuk itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, tandaskan, penurunan angka stunting menjadi salah satu pilar penting agar bonus demografi tidak jadi momok. Tidak hanya pada tingkat nasional, setiap kota dan kabupaten, termasuk Grobogan, harus terlibat. ”
GROBOGAN, topdetiknews.com – Disela-sela acara tausiyah kebangsaan bertajuk ‘’Memajukan Grobogan Mencerahkan Indonesia, di Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (23/5). Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto ingatkan, dalam rangka menghadapi puncak bonus demografi, Penurunan angka stunting menjadi salah satu pilar penting.
Di acara yang dihelat bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Grobogan itu, Edy Wur, demikian pangilan akrab Edy Wuryanto, mengatakan, pada 2030 nanti, diprediksi Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi. Yakni, keuntungan yang diperoleh suatu negara karena tingginya penduduk usia produktif.
Untuk itu, lanjut Edy Wuryanto, penurunan angka stunting menjadi salah satu pilar penting agar bonus demografi tidak jadi momok. Tidak hanya pada tingkat nasional, setiap kota dan kabupaten, termasuk Grobogan, harus terlibat.
Menurutnya peran setiap kabupaten dan kota sangat krusial dalam merespon bonus demografi. Begitu juga masyarakat juga harus terlibat. “Dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, pemimpin daerah, hingga pusat harus saling bahu-membahu untuk melakukan tindakan menyambut bonus demografi itu,” papar Edy Wur.
Menurut data BPS, di tahun 2020, angkatan kerja Indonesia sebanyak 140 juta jiwa dari 270 juta penduduk. Jumlah itu akan semakin besar pada 2030. Lalu, Jika menilik angka stunting Indonesia jumlahnya masih 21,6 persen. Targetnya pada 2024 turun menjadi 14 persen.
Legislator dari Dapil Jawa Tengah III itu beranggapan untuk memiliki generasi emas saat bonus demografi merupakan investasi jangka panjang. “Yang sekarang masih sekolah, pada 2030 sudah masuk angkatan kerja dan mungkin sudah memiliki keluarga baru. Sehingga intervensinya harus dilakukan sejak sekarang. Semua harus bergerak,” kata Edy.
Dikatakan, perencanaan keluarga harus dimulai sekarang, dan dilakukan secara terus menerus. “Perlu diingat angka stunting Grobogan menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 adalah 9,6 persen dan 2022 naik 19,3 persen. Ini harus jadi alarm bersama untuk kita,” ujar Edy yang Politisi PDI-Perjuangan tersebut.
Pernikahan Dini
Edy mengajak semua pihak untuk menguraikan masalah stunting di Grobogan. Pertama terkait dengan pernikahan dini. Tahun lalu ada 872 anak di Grobogan yang meminta dispensasi menikah. Artinya pernikahan dilakukan secara dini.
“Padahal pernikahan usia anak atau yang belum waktunya ada banyak kekurangan. Misalnya secara reproduksi, organnya belum siap. Belum lagi bicara soal finansial dan kesiapan mentalnya,” tutur Edy. ‘’Sehingga anak yang dilahirkan berisiko stunting.’’
Pada bagian lain, Edy juga meminta agar sosialisasi harus masif. Hal itu untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait tanggungjawab dalam pernikahan. “Menikah bukan berarti memutus tanggungjawab orang tua. Justru ketika orang tua membiarkan anak menikah dini, harus disadari akan menimbulkan masalah baru,” ujarnya.
Selanjutnya, kesadaran untuk deteksi dini pada calon pengantin. Bagaimana status gizi pengantin perempuan perlu diketahui. Kehamilan perlu dipersiapkan sejak sebelum menikah. “Intervensinya bahkan harus dilakukan sejak usia remaja. Rutin minum tablet tambah darah dan makan yang bergizi,” ungkapnya. Jika saat tes pada calon pengantin ditemukan risiko pada calon pengantin perempuan maka harus segera ditangani.
Termasuk, masih menurut Edy, dukungan kepada ibu hamil dan menyusui juga perlu ditingkatkan. Sebab 1.000 hari kehidupan merupakan pondasi agar tidak mengalami stunting. Ayah dan keluarga juga memiliki tanggungjawab yang sama dengan ibu.
Edy pun menyarankan Posyandu di Grobogan harus terus dihidupkan untuk membantu para ibu dalam memantau kondisi anaknya. “Lewat Posyandu program makanan tambahan (PMT) berbasis bahan pangan lokal bisa ditingkatkan. Sebab makanan bergizi sebenarnya ada di lingkungan sekitar kita. Tidak perlu mahal,” katanya.
Ditandaskan, hal yang pokok dalam stunting agar jangan sampai terlambat untuk intervensi. “Jangan saat ada kasus stunting baru bergerak,” ungkapnya. Sebab stunting bisa menyebabkan tubuh tidak tumbuh maksimal dan kecerdasan intelektual juga terhambat. Bahkan berisiko mudah terserang beberapa penyakit metabolik.
Diketahui, acara yang diadakan di Gedung Dewi Sri, Purwodadi, Grobogan itu, dihadiri Menko PMK Muhadjir Effendy, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Selain tausiyah kebangsaan, juga dilakukan dialog pencegahan stunting di Posyandu Marga Lestari Desa Krangganharjo. Ada juga layanan kesehatan dan penyuluhan makanan sehat bagi balita. *)
Reporter : Muji
Editor : Daryanto