Jika ada kaca mata lain, misalnya adanya pihak-pihak yang menentang upaya memunculkan calon tunggal tersebut ? Menurut Dasum yang berhasil menjadi nahkoda PDI di Blora sehingga memperoleh kursi terbanyak di DPRD, masalah beda kaca mata atau beda pendapat itu hal yang wajar.
”Hal itu wajar kalau ada beda pendapat, hanya saja latar belakang kami untuk menginisiasi calon tunggal di Pilkada itu semata-mata faktor kondusifitas wilayah. Termasuk faktor murahnya biaya sehingga nantinya bagi calon yang jadi tidak terbebani,” tambah Dasum.
Senada dengan Dasum, Siswanto menambahkan, kondusifitas wilayah itu penting. Sehingga pembangunan suatu wilayah, baik pembangunan hubungan antar manusia, kualitas manusia, termasuk pembangunan fisik bisa berjalan dengan baik.
Menurutnya, saat ini gejala gesek menggesek antara elit politik sudah mulai nampak dan muncul. Dampaknya, bagian-bagian dan elemen-elemen masyarakat juga merasakan akibatnya.
Semakin mendekati waktu pemungutan suara, mesti dinamika itu akan semakin kencang. Untuk itu, Siswanto mengusulkan para politisi di tingkat elit di Blora bisa bertemu, silaturahim, untuk komunikasi perihal Pilkada bisa kondusif. ”Salah satu kondusifitas itu adalah ketika ada persatuan kesatuan, salah satunya bisa diwujudkan dengan mengusung calon tunggal,” pungkas Ketua Golkar Blora. (Bagas/B34-red)