Dikemukakan Siswanto, kebutuhan Pilkada itu besar, baik mulai sosialisasi, menjelang coblosan, publikasi dan lainnya. Kalau dalam perhitungannya calon Bupati minimal butuh biaya sekitar Rp 25 Milliar.
Sementara itu jika nantinya calon tunggal, cukup sosialisasi sehingga tidak perlu banyak uang yang dikeluarkan. Dampak positifnya setelah jadi seorang Bupati tidak akan ngoyo berfikir untuk mencari pengembalian.
”Calon jadi akan berpikir lebih jernih dalam pembangunan. Untuk itu saya menyarankan calon tunggal, sehingga Pilkada Blora nantinya murah dan tetap berkualitas,” papar Siswanto yang di beberapa kali survey kandidat calon bupati dan wakil bupati Blora versi medsos rangkingnya cukup tinggi itu.
Membenarkan
Sementara itu terpisah, Ketua DPC PDI-P Blora, H. Dasum ketika dikonfirmasi tidak menampik jika pihaknya juga menginisiasi calon tunggal di Pilkada Blora 2020. ”Ya memang, saat ini kami terus melakukan komunikasi dengan sejumlah partai politik lainnya,” jelasnya.
Salah satu pertimbangannya, demikian Dasum yang saat ini menduduki kursi Ketua DPRD Blora itu, jika nantinya terwujud calon tunggal di Pilkada, tentu kondusifitas wilayah akan terjamin.