Dan Sang Kresna pun Medar Hakekat Kencana dan Wingka

oleh -764 Dilihat
oleh
Illustrasi || Istimewa
  • Oleh : Daryanto

” TIDAK dipungkiri, menjadi sebuah keniscayaan di kehidupan ini, antara suka dan tidak suka selamanya akan duduk bersanding. Bagi yang tidak suka atau benci, tentu apapun yang dilakukan serba terlihat buruk. Demikian juga sebaliknya. Untuk itulah Sang Kresna turun untuk medar sabdho soal hakekat Kencana dan Wingka. “

MELIHAT kondisi di lingkungan pemerintahan Amarta seolah ada yang “membranding” sang raja yang Kencana ( emas atau permata) namun diposisikan terlihat seperti Wingka (pecahan gerabah atau genting). Sebagai penasehat, Sang Kresna pun medar sabdho hakikat Wingka dan Kencana itu.

Di jagad pewayangan, banyak tokoh yang sangat maghfum,  selama menjadi raja Dwarawati, Kresna telah memahami dan mengamalkan makna yang terkandung dalam Asthabrata.

Yakni, memiliki sifat delapan dewa yang mencerminkan kelebihan dan kehebatan para pemimpin atau pelindung dunia. Untuk itulah, Kresna perlu turun tangan untuk memberi pencerahan kepada rakyat yang dipimpin  Puntadewa.

Dengan menggelar pertemuan akbar di lapangan terbuka, Kresna meluruskan penilaian yang selama ini ada. Dikatakan, berdasarkan prestasi yang ada, Puntadewa adalah seorang pemimpin mempunyai prestasi bagus. Tetapi di mata sebagian orang atau kelompok, hanya dinilai kejelekannya saja.

Tidak dipungkiri, menjadi sebuah keniscayaan di kehidupan ini antara suka dan tidak suka selamanya akan duduk bersanding. Bagi yang tidak suka atau benci, tentu apapun yang dilakukan serba terlihat buruk.

‘’Sekali lagi, perilaku seperti itu banyak terjadi di sekitar kita – apalagi situasi akan semakin parah manakala penyebabnya karena sisa-sisa pilihan politik. Atau karena mempunyai keinginan yang tidak tersampaikan,’’ ujar Kresna dengan suara menggelegar. 

Mendengar pidato itu, Bagong, sebagai abdi di Amarta dalam hati bergumam, sungguh kejam jika bendaranya ( Puntadewa), dinilai sebagai Wingka. Bukankah

Baca Juga :  Mugo Iso Dadi Dalane Kamulyan Kahanan ing Tahun Kembar (2020) Iki

Wingka adalah kereweng atau pecahan gendheng (genting). Barang yang tidak digunakan lagi karena sudah rusak atau pecah.

Bagong pun membayangkan, bukankah Wingka menempati tempat yang bawah sebagai untuk pijakan. Biasanya orang memakainya untuk mengurug tempat yang becek.

‘’Ya, karena kamu sedang suka atau berpihak padanya saja Gong, sehingga menyatakan tidak terima jika bendaramu diposisikan Wingka,’’ celetuk Mbilung atau Sarawita, seolah mengerti apa yang sedang bergejolak di pikiran Bagong.

‘’Maksudmu ?” protes Bagong.

Bukan ingin berdebat, Sarawita panjang lebar menjelaskan, karena faktor kedekatan dan senang terhadap seseorang, maka apapun serba terlihat baik. Dipuja-puja setinggi langit.

Penuh Makna

Bagong dan Mbilung pun akhirnya mengakhiri debatnya, manakala dengan suara yang penuh wibawa, Kresna melanjutkan pidatonya yang penuh makna.

Menurut Kresna, Wingka katon Kencana atau sebaliknya Kencana katon Wingka rasanya sangat tepat dipakai sebagai bukti “ajaran kehidupan” selama ini. Untuk itu, sebaiknya seluruh rakyat Amarta diminta untuk lebih cerdas menilai dan memaknai kehidupan.

Kembali ditekankan tentang makna Kencana, yakni Emas atau Permata,  pada saat tertentu, ketika kecewa yang disebabkan banyak hal, kencana yang merupakan barang mulia akan dipandang dan bahkan dikatakan gerabah yang mudah pecah.

Untuk itu, di jagad pewayangan, Kresna yang dikenal berjiwa jujur, membela kebenaran dan keadilan, mencerminkan sifat-sifat ambek paramarta, ambek pinandhita dan ambek binathara, kepada seluruh rakyat Amarta diminta cerdas untuk menyikapinya.

Mungkin terlena atau pun sedang buta mata hatinya, apa saja terlihat serba jelek, tidak berharga. Sebaliknya,  karena beda kepentingan, orang yang dulunya dipandang jelek, disebut-sebut sebagai pecahan gerabah belaka, kini tak pernah dinilainya.

Untuk itulah, Kresna menekankan kepada seluruh rakyat Amarta (dengan berbagai macam profesi), pembelajaran hidup sebenarnya sudah sangat jelas. Dikatakan, sebagai  manusia titah dari Gusti Yang Maha Agung, dimana dikaruniai hati dan pikir, kita diajarkan agar selalu memadukan cara berpikir dengan melihat fakta atau bukti disandingkan dengan asumsi karena kepentingan. Bukankah pikir itu pelita hati ?

Baca Juga :  Titen Tipak Moh Rembug Manis

Diwasiatkan kepada seluruh rakyat, pada saat melihat segalanya gemerlapan, jangan lupa, sesekali bergumam syukur berdoa semoga bertahan dan tidak berubah menjadi gerabah yang berkeping-keping karena pecah.

Toh, yang namanya makna wingka katon kencana atau pun sebaliknya kencana katon wingka terbukti sangat situasional belaka. Semuanya sangat ditentukan oleh perjalanan waktu.

Menjelang akhir pidatonya, Sang Kresna pun kembali berwasiat, bahwa kehidupan di dunia ini ada saat tertawa ada saatnya juga menangis.  Untuk itulah, kepada semua saja diajak untuk bijak, tetap dukung siapa pun yang  sedang mengalami kondisi sebagai wingka atau pun kencana. Tentu semua itu diiringi dengan doa terbaik kita semua.

‘’Bukankah manusia terbaik adalah yang seimbang hati dan pikirnya. Bukankah manusia terbaik di dunia ini yang berguna bagi orang lain. Hidup Amarta, dan panjang umur perubahan menuju kebaikan,’’ Kresna mengakhiri pidatonya.  *)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.