Oleh : Daryanto
” MESKI hanya sebagai Wakil Raja di Pringgodani, Prabakiswa memutasi sejumlah pejabat di lingkungan kerajaan, tanpa sepengetahuan atau seizin Raja. Tragisnya, hal itu dilakukan saat rajanya, Gatotkaca sedang menunaikan ibadah jauh di negeri seberang. Keruan saja, peristiwa tersebut tidak saja membuat geger di kalangan pegawai di Pringgodani, melainkan menjadi buah bibir di seluruh rakyat di kerajaan itu. ”
MESKI sempat ragu saat harus melakonkan Prabakiswa (Wakil Raja Pringgodani) Mbalela, Ki Sasmito, dalang kondang dan legend, hatinya harus luluh dan akhirnya rela membawakan lakon yang bertentangan dengan batin serta prinsip hidupnya.
Semua dilakukan, disamping lakon yang dibawakan itu atas permintaan sahabat karibnya, juga didorong dengan adanya bisikan halus saat dirinya bertahajud, ”turuti permintaan sahabatmu untuk mbabar lakon Prabakiswa Mbalela. Ambil hikmahnya, bahwa lakon yang akan kamu bawakan itu sebagai pelajaran berharga tentang arti sebuah penghianatan.”
Dengan jejer pambuka para pandhawa komplit, Puntadewa, Werkudara, Harjuna, Nakula, Sadewa, Ki Sasmita membawakan dialog mereka begitu gayeng, namun penuh makna. Topik pembahasan adalah tentang peristiwa 13 tahun silam (2011).
Adalah Werkudara alias Brataseno yang paling geram saat membahas peristiwa 13 tahun silam itu. Maklum, semua itu lantaran yang dikhianti adalah anaknya, Gatotkaca, Raja Pringgodani.
Gatotkaca dikhianati wakilnya (patih) Prabakiswa. Patih Prabakiswa, putra Prabu Tremboko, yang memiliki peran penting dalam membantu raja mencapai tujuannya, tiba-tiba mbalela.
Waktu itu, Prabakiswa memutasi sejumlah pejabat di lingkungan kerajaan, tanpa sepengetahuan atau seizin Raja. Tragisnya, hal itu dilakukan saat rajanya, Gatotkaca sedang menunaikan ibadah jauh di negeri seberang. Keruan saja, peristiwa tersebut tidak saja membuat geger di kalangan pegawai di Pringgodani, melainkan menjadi buah bibir di seluruh rakyat di kerajaan itu.
Sampai disini, Ki Sasmito yang begitu menghayati saat membawakan dialog para Pandhawa, spontan tak henti-hentinya istighfar. ‘‘ Astaghfirullah, ampunilah ya Allah ada titah di dunia yang begitu rakus akan kekuasaan. Sehingga harus menghianati rajanya…..”
Dengan meminjam mulut Bima, Ki Sasmito lantas berujar, apakah Prabakiswa tidak menyadari, penghianatan itu dapat dikategorikan dosa besar ? Karena tindakan Prabakiswa yang “mengganggu” seseorang dan bahkan Rajanya sendiri yang sedang beribadah. Bukankan kesempatan untuk beribadah ke negeri seberang itu hanya sekali seumur hidup ?
Dan bahkan untuk bisa beribadah seperti yang dilakukan Raja Gatotkaca, rakyat biasa harus antri puluhan tahun. Mereka harus gambling antara umur dan jadwal beribadah lebih dahulu mana. Semua itu lantaran antriannya memang begitu panjang dan lama. Wallahualam Bisawab.
Pulang Awal
Masih dalam jejeran Pandawa, Ki Sasmita kembali membawakan dialog Bima dengan raut wajah yang murka menyatakan, akibat peristiwa itu, Raja nekad pulang mendahului dari jadwal pulang sesama orang yang menjalankan ibadah bersamanya.
Dan, sesampainya di tanah air (Pringgodani), Raja pun merombak kembali rotasi pejabat (sebagian promosi) yang dilakukan oleh Wakil Raja Prabakiswa. Suasana negara pun sempat gaduh.
Pasca peristiwa itu, publik di Pringgadani, terutama di kalangan pegawai kerajaan, merasakan bahwa hubungan Raja Gatotkaca dengan Wakil Raja Prabakiswa disharmonis. Dan dampaknya sungguh luar biasa, yakni jalannya roda pemerintahan di Pringgodani sempat menjadi semrawut.
Hanya karena kepiawaiannya Raja, jalannya pemerintahan di Pringgodani menjadi normal kembali. Meski tanpa peran Wakil Raja.
”Astagfirullah … ampunilah hambamu Prabakiswa ya Allah,” lagi-lagi Ki Sasmita beristighfar.
Terlepas adanya perbincangan akibat pekerjaan Wakil Raja saat ikut menata pemerintahan menunggu disposisi Raja, menjadikan tugas Wakil Raja hanyalah pelengkap atau hanyalah ban serep. Namun apapun alasannya, peristiwa yang dilakukan Prbakiswa di tahun 2011 itu secara etika sangat memalukan.
Disharmoni itu terjadi hingga masa jabatan Raja periode pertama usai. Hingga di lima tahun berikutnya, Raja yang kembali mencalonkan diri untuk periode kedua, tak sudi menggandeng Prabakiswa menjadi Wakilnya.
Raja Gatotkaca memutuskan ganti pasangan. Dipilihlan, sosok muda, cerdas dan mempunyai jaringan luas di pemerintahan pusat. Dan akhirnya Sang Raja yang berpasangan dengan sosok muda itu memenangi kontestasi Pilkada.
” Alhamdulilah, sosok Raja yang pernah dilampaui kewenangannya itu, tak salah memilih pasangan barunya. Terbukti, Wakilnya dimaksud tetap menjaga etika sebagai Wakil Raja. Dia tidak pernah menjalankan tugas yang melampaui kewenangan Sang Raja,” ucap Ki Sasmita mengakhiri lakon Prabakiswa mbalela. ***