” TAK hanya di Pendopo, acara Seabad Pramoedya dilanjutkan di gedung eks GNI Blora, dimana di lokasi ini digelar pameran seni dalam rangkaiannya. Di tempat ini menampilkan karya dua seniman ternama, seperti Dolorosa Sinaga, pematung asal Batak, dan Punky, seniman asal Bali. Astuti Ananta Toer, serta keluarga terlihat antusias mengamati setiap karya yang dipamerkan. ”
FESTIVAL Blora “Se-Abad Pram” resmi dibuka oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, Kamis (6/2/25), bertepatan dengan hari lahir sastrawan besar dunia asli Blora, Pramoedya Ananta Toer yang ke -100 tahun.
Ada yang luput dari pengamatan khalayak, termasuk para undangan yang hadir di kick off Se-Abad Pram itu. Yakni begitu ceria keluarga besar dari Pram saat berada di Blora, dan dipuncaknya saat secara resmi Festival Seabad Pram tersebut dibuka.
Astuti Ananta Toer, putri sulung Pram kepada media ini menuturkan, kalau ditanya berapa jumlah keluarga besar Pram yang hadir di Blora, mulai dari anak, cucu hingga buyut, yang hadir di Blora ada sekitar 40 -50 orang. ”Banyak, dan kami akan berada di Blora hingga tanggal 9 Februari mendatang,” ungkapnya.
”Keluarga, anak, cucu ke Bloranya ada yang bawa mobil pribadi, angkutan umum seperti bus,” tambahnya.
Dia menceritakan, selama di Blora sudah keliling di sejumlah pojok Blora untuk sekedar menikmati kuliner khas Blora. ”Sudah muter-muter, salah satunya kami sempatkan untuk menikmati hidangan kuliner Lontong Opor Ngloram,” papar Astuti.
Yuyut, salah satu sahabat dekat Astuti yang ikut rombongan besar dari Jakarta, mengaku dirinya sangat dekat dengan keluarga Pram. Dikatakan, anak Pram, Astuti sangat senang dengan digelarnya peringatan Seabad Pram di Blora. ”Ya yang namanya orang, sempat terselip kurang pede juga Bu Astuti. Seperti sukses ndak ya acaranya dan lain-lain ungkapnya.
Adalah Heri, salah satu panitia yang membantu mengurus jalannya acara, bahkan cerita, bahwa kebanyakan keluarga besar Pram tidur di RedDozz yang ada di Arumdalu, Kelurahan Mlangsen, Blora Kota. Dikemukakan, anak-anak, keluarga Pram begitu ceria bermain di sekitar penginapannya.
”Saya melihat dan menafsirkan seolah-olah mereka sedang pulang kampung halaman untuk merayakan lebaran. Melihat mereka saya senang sekali,” ungkap Heri.
Saat pembukaan Festival, mewakili keluarga besar Pram, salah satu putri Pramoedya itu, Astuti Ananta Toer mengungkapkan banyak hal. Dia menyatakan rasa bangga, haru, serta harapan untuk masyarakat terhadap karya dan pemikiran ayahnya.
“Pram sudah membuat peta Blora. Kami berharap Blora menjadi daerah percontohan karena Peta Blora sudah dibuat oleh Pram dan didampingi oleh sedulur sikep,” ujar Astuti.
“Pram berharap sinyal-sinyal yang ada di Blora disuarakan, mengenai cita dari Blora, Garis pantai, dan Perguruan,” lanjutnya.
Tak hanya itu, selesai acara Astuti beserta keluarga tampak menikmati berbagai hidangan kuliner khas Blora yang telah disiapkan di ruang VIP Pendopo Kabupaten Blora.
Diketahui, bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, pembukaan Festival Satu Abad Pramoedya ditandai dengan pemukulan gong dan penyerahan buku karya Pramoedya AT oleh putrinya, Astuti. Tampak mendampingi Aditya Ananta Toer (Ketua Yayasan Pramoedya Ananta Toer Foundation).
Tak hanya di Pendopo, acara dilanjutkan di gedung eks GNI Blora, dimana di lokasi ini digelar pameran seni dalam rangkaian acara Seabad Pram. Di tempat ini menampilkan karya dua seniman ternama, seperti Dolorosa Sinaga, pematung asal Batak, dan Punky, seniman asal Bali. Astuti serta keluarga terlihat antusias mengamati setiap karya yang dipamerkan.
Dan tampaknya, festival ini juga menjadi kesempatan mereka untuk bernostalgia dan bercengkrama dengan karib lama.
Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, mengaku sangat senang dan bangga karena Blora sebagai tanah kelahiran Pram ditunjuk sebagai lokasi kick off peringatan satu abad Pramoedya Ananta Toer. Apalagi banyak dihadiri seniman, dan sastrawan dari berbagai wilayah nusantara, bahkan internasional.
“Selamat datang di Blora Menteri Fadli Zon. Terima kasih berkenan hadir membuka langsung Festival Blora Seabad Pram. Terimakasih juga untuk keluarga Pak Pramoedya Ananta Toer. Dengan adanya festival ini, semakin meneguhkan Blora sebagai inspirasi sastra dunia. Jika Pak Presiden dan Pak Menteri siap menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan budaya dunia, maka Blora siap menjadi teras pengembangan budaya nasional,” ucap Arief Rohman.
Momentum “Se-Abad Pram”, lanjutnya Bupati Arief, menjadi momen istimewa bagi dunia sastra kita semua. Tidak hanya Blora dan Indonesia namun juga Dunia. Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya adalah penulis besar Indonesia dengan segala pemikirannya. ***
Reporter : Nuy
Editor : Daryanto