Oleh : Santoso Budi Susetyo S.Sos
SAAT diskusi pada sebuah acara workshop dengan materi politik, saya menyampaikan pendapat bahwa kecil kemungkinan kepala daerah atau bupati bekerja profesional dan fokus mengabdi kepada rakyatnya jika kontestasi pemilu selalu terasa sangat berat.
Diskusi tentang pemilu ujungnya tidak lepas dari kesiapan finansial pasangan calon. Hal ini menjadi pertanyaan utama dan pertama. Kenyataannya proses pemilu dari kampanye, mengerakkan mesin politik sampai dengan pengamanan suara membutuhkan biaya.
Realita inilah yang memaksa seorang yang seharusnya layak untuk dicalonkan harus berfikir ulang untuk maju dalam kontestasi. Ternyata popularitas dan elektabilitas tidaklah cukup. Apalagi hanya bermodal idealisme dan integritas. Sekali lagi ini realitas..!!
Jika kita kalkulasi maka sumber daya yang harus dikeluarkan kandidat kepala daerah untuk memenangkan kompetisi pilkada sangatlah besar. Sampai pertanyaan yang umum adalah apakah akan balik modal yang sudah dikeluarkan . Ini baru finansial belum jika kita mengkonversikan tenaga, pikiran dan perasaan yang dicurahkan saat kampanye. Melelahkan.
Untuk memudahkan kemenangan dalam pemilu berbagai jenis dan jaringan mesin politik harus digunakan. Semakin panjang dan luas jaringan maka berbanding lurus jumlah logistik yang harus disiapkan juga orang yang dilibatkan. Sekali lagi kesiapan finansial.