Hanya, jika sudah berbicara siapa sosok pasangan yang akan diusung,cukup pelik. Meski, jika berkaca dengan simulasi koalisi Parpol di luar yang telah bergabung dengan PDIP, cukup bervariasi. Baik jika misalnya seluruh Parpol sisa bergabung menjadi satu untuk mengusung sepasang calon. Atau berkelompok menjadi dua.
Jika melebur jadi satu, ada formasi Abunafi – Umi Kulsum, Aminudin – Umi Kulsum, Ichwan Sudrajat – Umi Kulsum. Belum lagi ada nama Bambang Susilo, Agus, dan sejumlah sosok lainnya.
Kalaupun nantinya yang terjadi sisa partai selain koalisi PDIP berkelompok menjadi dua. Beberapa formasi bisa saja terjadi, kelompok pertama misalnya mengusung Ichwan Sudrajat – Umi Kulsum, sementara kelompok kedua bisa saja mengusung Abunafi-Aminudin, atau Abunafi – Bambang Susilo. Termasuk juga tidak bisa diremehkan sosok Agus, Djati.
Sebelum rekom dari PDIP untuk Pilkada Blora diumumkan, DPD Partai Nasdem Blora dikabarkan akan mengusung Hj. Umi Kulsum di Pilkada. Waktu itu, Ketua DPD Partai Nasdem Blora, Sri Sudarmini minta sabar soal kepastian Nasdem yang akan mengusung istri Bupati Blora, H. Djoko Nugroho itu.
Sekali lagi semua masih dinamis atau semua kemungkinan tetap saja bisa terjadi. Simak saja bahwa Ketua DPD Partai Golkar Blora, Siswanto Spd menyatakan pihaknya tetap yakin hingga 90 persen bahwa Pilkada Blora nanti akan diikuti oleh calon tunggal.
Arief Rohman, calon Bupati Blora yang mendapat rekomendasi dari PDIP, dengan bahasa begitu santun menyatakan, bahwa semua biar mengalir. Namun demikian secara tersirat dia mengatakan, ”bismillah sudah siap “bertarung” dengan pasangan siapa saja.” *)