Ayah Pramoedya Ananta Toer Bukan Pendiri PCNU Blora

oleh
Dalhar Muhammadun, Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Blora
Bupati & Wabup

SEBAGAI putra daerah Blora, saya memiliki penghormatan tinggi terhadap sosok Pak Mastoer, ayah dari Pramoedya Ananta Toer. Kontribusinya dalam dunia pendidikan di Blora tidak dapat disangkal dan layak dikenang dalam sejarah. Sepanjang hidupnya, ia mengabdikan diri dalam bidang pendidikan, bahkan menghibahkan sebagian tanahnya untuk mendirikan sekolah yang kini menjadi SMPN 5 Blora.

Pak Mastoer memulai karier sebagai guru di HIS (Hollandsch Inlandsche School) Rembang. Pada tahun 1922, ia pindah ke Blora setelah menanggapi sayembara yang diadakan oleh Bupati Blora saat itu, Raden Mas Said Abdul Qadir. Di Blora, ia dipercaya mengelola Institut Boedi Oetomo, sebuah sekolah yang hampir mati setelah ditinggalkan oleh dr. Soetomo.

Menguji Klaim Soesilo Toer

Dalam bukunya Pramoedya Ananta Toer: Catatan dari Balik Penjara (2019), Muhammad Muhibbudin mengutip pernyataan Soesilo Toer—adik kandung Pramoedya—yang menyatakan bahwa ayah mereka terlibat aktif dalam Nahdlatul Ulama (NU) di Blora dan bahkan merupakan salah satu pendirinya. Menurut Soesilo Toer, Pak Mastoer terlibat dalam awal berdirinya NU pada 1926, sebelum kemudian beralih menjadi aktivis Partai Nasional Indonesia (PNI) Bung Karno pada 1933.

Klaim ini tampaknya semakin diperkuat oleh pernyataan Astuti Ananta Toer (Mak Inong), putri Pramoedya, dalam wawancaranya dengan CNN Indonesia, yang menyebutkan bahwa, “Yang mendatangkan NU di Blora itu ayahnya Pram.”

Untuk mengklarifikasi pernyataan ini, saya mengunjungi Soesilo Toer di kediamannya di Jl. Sumbawa, Blora, pada 11 Februari 2025. Dalam pertemuan tersebut, ia dengan tegas menyatakan bahwa ayahnya adalah pendiri PCNU Blora pada tahun 1926 sekaligus ketuanya.

Namun, ketika diminta memberikan bukti atau argumen yang lebih konkret, Soesilo hanya menyebutkan bahwa kakeknya dari Ngadiluwih, Kediri, adalah orang NU, begitu pula mertuanya dari Rembang yang merupakan seorang penghulu. Saat ditanya siapa saja tokoh NU lain yang mendampingi ayahnya dalam kepengurusan awal PCNU Blora, ia mengaku tidak tahu.

Baca Juga :  Vaksinasi Anak di Blora Capai 11.000 Dosis Lebih

Lebih lanjut, ketika ditanya apakah ia membantah pendapat bahwa PCNU Blora pertama kali berdiri di Kidangan, Jepon, ia menolak klaim tersebut dan menyatakan bahwa, “Tiap orang punya pendapatnya sendiri.”

Bupati Blora
Verifikasi dengan Sumber Sejarah

Untuk mengukur akurasi klaim Soesilo Toer, perlu dilakukan perbandingan dengan sumber-sumber tertulis yang sezaman. Beberapa sumber yang relevan antara lain:
Majalah LINO (1971)

Dalam Lailatoel Idjtima’ Nahdlatoel Oelama (LINO) No. 2, Mei 1971, terdapat artikel berjudul “Desa Djepon jang Bersedjarah” karya Munhalis LS. Artikel ini menguraikan bahwa PCNU Blora berdiri di Jepon pada tahun 1927 dengan struktur kepengurusan sebagai berikut:

Ketua: Kiai Maksum
Sekretaris: Sudjak (pensiunan polisi)
Bendahara: Tjipto, dibantu oleh Chasan Harjo
Jajaran Syuriyah: Kiai Muntaha, Kiai Muzayyin, H. Zainuri, Kiai Tamyis

Pada tahun 1930, PCNU Blora dipindahkan dari Jepon ke pusat kota Blora, dengan perubahan kepengurusan. Saat itu, Kiai Maksum masih menjabat sebagai ketua, didampingi oleh H. Asy’ari sebagai wakil ketua. Dua saudagar dari Jetis, H. Busyro dan H. Suyuti, kemudian masuk dalam kepengurusan sebagai bendahara.

Swara Nahdlatoel Oelama (SNO), Nomor 5, Tahun II, Jumadil Awal 1347 H (1929)
Terbitan ini mencatat struktur kepengurusan PCNU Blora saat itu sebagai berikut:

Jajaran Syuriyah:
Kiai Maksum (Jepon) – Rais
Kiai Muhammad Tamyis (Bogorejo) – Wakil Rais
Kiai Ahmad Sholih (Melahar) – Katib
Kiai Muntaha (Tempel) – Anggota
Jajaran Tanfidziyah:
H. Sholeh Balun Cepu – Ketua
As’adi (Kemiri) – Sekretaris
Martapandi – Bendahara
Komisaris: Subari dan Abdullah

Swara Nahdlatoel Oelama (SNO), Nomor 8, Tahun II, Syaban 1347 H (1929)
Pada 12 Juli 1929, diumumkan pendirian Madrasah Tarbiyatul Athfal di Jetis, Blora, yang diprakarsai oleh 13 tokoh NU Blora, Para pendiri madrasah tersebut adalah KH. Abdul Hadi, KH. Muhammad Idris, Mas Isnadi, Mas Tansiruddin, Mas Isman, Mas Abdul Kaunain, Tuan Haji Sastro Hudoyo, Tuan Haji Mawardi, Tuan Haji Azhari, Tuan Haji Suyuthi, Tuan Haji Bisyri, Mas Harjodijoyo dan Mas Marthorejo.

Baca Juga :  Maulana Sabet Gelar juara 1 tanding kelas C Putra

Namun, tidak satu pun dari nama-nama tersebut menyebutkan Mastoer sebagai bagian dari pendiri PCNU Blora.

Kesimpulan

Berdasarkan verifikasi terhadap sumber sejarah yang sezaman, tidak ditemukan nama Mastoer dalam kepengurusan PCNU Blora periode awal maupun dalam daftar pendiri Madrasah Tarbiyatul Athfal. Sumber-sumber yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa PCNU Blora pertama kali berdiri di Jepon pada tahun 1927, bukan 1926 seperti yang diklaim oleh Soesilo Toer.

Klaim bahwa Mastoer merupakan pendiri PCNU Blora tidak memiliki bukti tertulis yang kuat. Pernyataan Soesilo Toer, yang tidak didukung oleh data historis, cenderung bersifat anekdotal dan lemah secara akademis. Bahkan, klaim tersebut bertentangan dengan catatan sejarah resmi NU yang telah terdokumentasi.

Selain itu, mengingat peran penting Mastoer sebagai kepala sekolah Institute Boedi Oetomo, sangat kecil kemungkinan namanya terlewatkan dalam dokumen sejarah jika memang ia memiliki peran besar dalam pendirian PCNU Blora.

Dengan demikian, klaim bahwa ayah Pramoedya Ananta Toer adalah pendiri PCNU Blora tidak dapat dibenarkan secara historis. ***

Penulis : Dalhar Muhammadun
Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Blora
Ketua Lesbumi PCNU Blora
Ketua Pelaksana Festival Blora, Kick Off Seabad Pramoedya Ananta Toer

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.